Pagi yang damai di Innsbruck, kami duduk di taman pekarangan tengah perhunian setelah kecewa gak bisa sarapan di McCafé. Kami tiba pagi pagi sekali di sini. Gak ada orang sama sekali di taman, di jalan, di mana pun. Termasuk McCafé. Mungkin ini sedikit gambaran tentang surga, pikir saya. Gimana gak? Suasana tenang, dingin-dingin sejuk, Mas Gepeng tidur nyenyak di sebelah, gak mikirin kerjaan, dan sejauh mata memandang pegunungan salju tampak mengitari Innsbruck.
Selang beberapa waktu perut mulai keroncongan. Ah, harus sarapan ini. Ketika kamu lapar, gak bisa masak, dan semua toko baru buka pukul sepuluh, apakah Innsbruck masih jadi surga? Kamu mungkin sering membayangkan bagaimana selebriti atau seorang brand ambassador ketika baru sampai di bandara sebuah negara, mereka akan dijemput dengan mobil dan dibawa ke kafe yang sengaja buka khusus untuk mereka, lalu menyesap latte espresso hangat sambil bersandar di kursi sofa yang nyaman.
Sayangnya yang ada di sini adalah #justinindyo, yang tiba subuh-subuh di terminal bayangan FlixBus dengan pinggang pegal-pegal akibat tidur di kursi tegak sepanjang malam. Sepanjang perjalanan pun kami menahan pipis dan ketika tiba, gak ada satu pun toko, convenience store, atau bahkan stasiun yang buka. Mau pipis di mana ini? Apa harus di pojokan sana yang banyak botol bekas miras? Ya kali kali aroma pesing bisa tersamarkan dengan aroma alkohol. Ah, tapi kalau nanti ditegur dan didenda gimana? Nahas betul kan.
“Kalian dari mana?” tanya seorang petugas stasiun. Kami cerita asal muasal kami—dan sepasang Indonesia yang kebetulan ketemu di stasiun ini. Kami bilang bahwa kami sangat butuh toilet tapi gak ada yang buka. Petugas memang bilang bahwa jam segini stasiun belum buka. Saya heran. Tapi ya ini kan bukan Bekasi. Aturannya beda. “Apakah kamu muslim?” tanya si petugas. Sepertinya dia butuh waktu lama menyadari saya ini pakai jilbab HAHA. Setelah konfirmasi bahwa kami satu aliran (agama), petugas membuka toilet untuk kami selama 10 menit. Wow. Apa jadinya kalau pas dia tanya tadi saya bilang saya atheis?
Kami makan sisa lebihan kebab semalam dari Slovenia, untungnya masih enak meski sudah lemas lunglai. Setelah sarapan, kami tidur di taman. Ya begitu lah realita kehidupan #sobataverage wkwk. Gak mewah tapi memorable. Innsbruck di Minggu pagi adalah tentang kesyahduan. Langit biru cerah tanpa awan, burung-burung mulai berkicau, anjing dan pemiliknya mulai jalan pagi, gak ada suara sama sekali. Syahdu, dan hening.
9 Comments. Leave new
itu yaaa narok botol di perut karena kepanasan. botolnya dingin abis isi ulang di pancuran
-gepeng-
-nama yang paling sering disebut di blog ini-
Ooh gicu… Etapi, aku malah jadi ngitungin selama di Austria, kamu ketiduran berapa kali ya? Di bus, di toko roti, terus kita kan bobok siang dibawah pohon belakang museum yah xixixi
– JUSTIN (yang nulis ini semua)
Salut sama kakeknya, sampai 90 tahunan masih kuat 😀 saya yang masih muda jadi malu karena sering malas-malasan even cuma untuk naik tangga :))))
By the way soal foto itu saya bisa paham perasaan mba yang ingin punya foto bagus di tempat-tempat indah especially kalau tempatnya jauh dari Indonesia dan bukan tempat yang dengan mudah bisa kita datangi saat ingin datang 😀 soalnya saya sendiri juga nggak punya foto-foto perjalanan yang ada sayanya ~ mostly hanya pemandangan saja :>
So saya doakan semoga meski nggak banyak foto yang mba punya di tempat-tempat indah tersebut, tapi kenangan ketika mba di sana bersama orang tersayang akan selalu melekat di benak ya karena itu yang paling utama 😀 dan ditunggu cerita-cerita berikutnya <3
Waaa itu eyang nenek hahahaha. Tapi emang cool sih, naik gunung pelan tapi pasti dan kelihatan menikmatiii banget.
Amiiin makasih yaa doanya baik banget. Semoga kamu juga punya cerita-cerita seru keliling dunia yah 💛
I feel you sih mba :D. Akupun kdg bisa ngambek sampe nangis gitu ke suami kalo sdg traveling :D. Saking keselnya itu pasti.
2021 itu, sekitar Agustus aku udh ambil trip ke east Europe, salah satu negaranya ntr Austria juga. Tp ga tau deh bakal mampirnya ke kota mana hahahahaha… Yg ptg booked dulu tripnya :p. Ga sabar banget , tapi semoga ga ada wabah2 apa lagi lah yg bikin trip cancel ..
Sukaaaaaa baca cerita kalian tiap traveling :). Mas gepeng itu ngingetin ke suamiku juga yg slalu mau nemenin istrinya , mau diajak ke tempat2 aneh dan dia cuma pasrah :p. Bawain koper yg berat, packingin semua belanjaan ku supaya rapi :D.makanya walopun kdg aku ngambek, tp kalo udh inget yg dia lakuin, lgs reda lagi sih 🙂
Aku juga kepikiran suamimu sama lawaknya kayak Mas Gepeng, suka entah gitu kelakuannya. Kayaknya kalo ketemu cocok, apalagi kalo bisa jalan bareng wkwk.
Amin! Semoga beneran sesuai prediksi ya April udah beres masalah Corona ini. Ke Austria sama suamik? Atau ikutan open trip Mba?
speechless mbak sama pemandangannya. paling nggak tahan saya kalau nemu pemandangan gunung bersalju begini. hijau-hijau begini. impian saya baru kashmir atau ladakh..
Nyimak ceritanya dulu mbok suatu saat bisa diberi kesempatan ke Austria. Waaaa,, itu kayak impian tinggi sih haha.. 😀
anw, saya kagum dengan kejujuran mbak dalam bercerita. Jadi kerasa pahit dan manisnya perjalanan. Dan itu bumbu yang bikin traveling jadi seru! emang ini duo kocak yang super kompak 😀
Mas Rifan, be careful for what you wish for, Mas, bilang saja mau ke Austria, mau naik gunung saljunya, nanti semesta tahu-tahu kasih jalan. Kami saja gak pernah ada bucket list, hanya selalu sebut-sebut “ke London yuk ketemu si ini sama si itu,” eh beneran bisa ke sana. Terus sebut-sebut mau ke Eropa, beneran bisa ke sana. Kami juga selalu ngomongin pergi ke Ladakh, Tibet, Kashmir, karena pingin ke sana. Semoga semesta baca tulisan ini terus kabulin yah hihihi.
Aww makasih. Ceritanya emang lucu kalau diinget-inget, alay bet kek abege baru pacaran wkwkwk.
Perrrrjalanan pertama di blog ini, eh kedua deng, tapi anggap aja yang pertama yaaa…
milih jalan-jalan di blog ini bermulai di eropa karena aku berharap banyak pemandangan salju, gunung dan pohon-pohon, dan benarlah harapanku, me.. hepiii..
mbak justin itu kayak aku, tapi bedanya, aku ga difoto jg ga masalah, yg penting aku dapat fotonya ketika traveling. ya otomatis doi yg banyak kufoto 😀
Tapi lama-lama pas aku buka-buka file foto lama, trus bertanya-tanya kenapa aku sendiri jarang masuk dan difoto, sedih juga ya.
yg sukanya motret, seringkali lupa dan ga punya foto sendiri, nyeselnya pas udah ga di tempat itu lagi 🙁
akuu… sangat… suka.. foto-foto salju dan pegunungan, terima kasih berkat blog ini, aku bisa ikut jalan-jalan juga.
btw, kalo di tempat yang dingin, trus kebakar matahari karena ga sadar kena terik terus, itu rasasnya gmn ya? udara dingin tp kulit terbakar…
hallooow mbak justin dan bang nindyo, terima kasih untuk tulisan dan foto-fotonyaaa.. aku terhibur
to the next story!