“Keren banget gak sih kita? Pagi di Manchester, terus makan siang di Liverpool, kayak orang kaya!” seru saya ke Mas Gepeng saat kami sedang menaiki coach National Express seharga £5 berdua, bus paling murah selama kami keliling UK. Pergi ke Liverpool ini gak ada tujuannya, benar-benar hanya ingin pamer saja bisa berada di dua kota (terkenal) dalam sehari, mempraktikan gurauan yang biasa dibuat ketika mengibaratkan diri menjadi horang kayah. Pasti kamu pernah kan, sobat moderatqu? Berkata sambil membayangkan, ‘Ah besok mau makan siang di Amerika ah, terus sorenya berenang di Swiss, terus malamnya bobok sambil pijit di Bali”. Entah kenapa kita membayangkan hidup seperti itu adalah hidup yang keren. Duit banyak, bisa keliling dunia dalam sehari terbang ke sana ke mari.
Kami tiba di Liverpool saat gerimis. Cuaca di Manchester dan Liverpool gak jauh berbeda dan keduanya sama-sama membuat kami kedinginan. Siang itu suhunya sekitar 11º, bikin malas lama-lama di stasiun dan bikin kami bergegas jalan saja, siapa tahu bisa menghangatkan diri di Albert Dock. Kami jalan kaki mengikuti peta offline yang disimpan Mas Gepeng menuju Albert Dock, tempat yang gak tahu ada apa di sana tapi dia dekat dan menurut beberapa sumber di internet, banyak hal menarik disajikan di sini, termasuk jejak The Beatles.
Saya tahu The Beatles. Saya tahu beberapa lagunya yang fenomenal, bagaimana potongan rambut mereka, dan cerita-cerita singkat lagu-lagu mereka. Tapi saya bukan fans berat. Levelnya sama kayak saya mendengarkan Queen, atau Belle and Sebastian, hanya pendengar pasif. Jadi saat di Liverpool, kami gak akan ambil Magical Mystery Tour demi tahu tempat tumbuhnya para legend John, Paul, George, dan Ringgo. Tentu saja kami juga gak ada rencana main ke Anfield Stadium, hahaha.
Sekilas lihat, saya lebih suka Liverpool dibandingkan Manchester. Mungkin karena Manchester bersinar karena klub bolanya, sedangkan buat saya, Liverpool lebih artsy, lebih bebas gitu—khususnya di kawasan sekitar Albert Dock. Meski berada di pinggir Sungai Mersey dan memiliki banyak kapal berlabuh di sekitarnya, dulu Albert Dock bukan pelabuhan melainkan komplek pergudangan bongkar muat. Bangunan-bangunan kotak dengan tembok ornamen bata ini adalah gudang untuk menyimpan barang-barang angkutan seperti teh, tembakau, gula, katun, bir, dan sebagainya. Tapi sekarang sih sudah gak gitu lagi ya fungsinya. Lebih menjadi daya tarik utama Liverpool.
Saya suka komplek The Royal Albert Dock ini. Saat itu sedang gerimis, langit mendung, kami kelaparan, tapi entah kenapa saya begitu suka jalan-jalan mengelilingi sini. Semuanya rapih, pedestriannya bersih, orang-orangnya juga santai, beneran kayak lagi jalan-jalan sore melepas penat. Sayangnya ada yang bikin penat, yaitu kerir besar yang kami bawa seharian. Seperti yang bisa kamu tebak, lagi-lagi kami memilih untuk gak menitipkan tas di stasiun entah kenapa. Kami kira kawasan Albert Dock akan menyediakan banyak tempat duduk untuk kami bisa rebahan dan bengong-bengong lucu. Nyatanya kami harus terus berjalan dan jika lelah, maka kami istirahat sambil berdiri. Tentu ini bukan lah kemewahan yang dibayangkan ketika bilang “Mau makan siang dan jalan-jalan sore di Liverpool” setelah paginya main di Manchester.
Baca juga dong: Cerita Tentang Old Trafford
Kami berkeliling kawasan pertokoan di sekitar Albert Dock untuk mencari tempat makan siang. Sebenarnya ingin sekali makan di kedai-kedai lucu di sekitar Sungai Mersey, tapi rasanya gak akan bikin kami jauh-jauh dari angin. Apalagi yang dijual juga cemilan kayak pancake, es krim, gitu gitu, jadi kombinasinya sungguh pas untuk bikin masuk angin: gak kenyang dan kedinginan. Gak sanggup menahan basah lebih banyak lagi karena masing-masing kami hanya punya satu jaket, jadi kami masuk ke pertokoan.
Saya di sini merasa canggung karena kami benar-benar tampak akan mengganggu pengunjung. Jadi saya menitipkan tas ke Mas Gepeng di luar (toko memiliki lobi) dan saya dengan cepat melihat-lihat bagian dalam dan membeli beberapa kartu pos. Saya melihat Liverpool dalam berbagai bentuk. Kartu pos, mug, buku, lukisan, printed photos, stickers, puzzles, dan semuanya warna warni penuh kebahagiaan. Sungguh charming. Bahkan ada toko yang menyediakan begitu banyak pernak pernik The Beatles, tempelan kulkas dengan tulisan lirik lagu Lucy in The Sky with Diamonds, atau miniatur yellow submarine.
Setelah membawa beberapa kartu pos dan membayar dengan koin-koin, saya keluar dan berjalan kembali sama Mas Gepeng. Saya entah kenapa kepikiran tentang The Beatles. Saya ingat-ingat lagunya, dan yang terlintas hanyalah versi remake yang dinyanyikan untuk mengisi film I Am Sam (oh please kalian harus nonton!). Saya suka sekali lagu-lagu di film itu. Dan saya awalnya gak tahu bahwa OST film itu adalah lagu The Beatles yang dinyanyikan ulang oleh orang lain.
Mas Gepeng lalu berdendang lagu Yellow Submarine yang saya sama sekali gak tahu liriknya. Dia mungkin lebih hafal meski bukan penggemar beratnya. Saat itu ada yang menggelitik gitu di dada. Entah karena rasa lapar yang sudah bikin jantung berdebar, karena beha yang gak ganti-ganti, atau entah karena hal lain. Pokoknya senang gitu.
Kami akhirnya berjalan meninggalkan Albert Dock menuju sisi kota dengan jalanan satu arah dan ruko di kanan kirinya. “Makan di situ saja yuk, aku pingin fish n’chips,” ucap saya menunjuk sebuah kedai sederhana, yang disambut baik oleh Mas Gepeng karena kedai juga jual burger. Kami makan sore di situ dan mengobrol macam-macam. Kami berdua sepakat fish n’chips adalah makanan rakyat yang paling benar disantap di pinggir laut, bukan di kota. Dan kami juga sepakat, Liverpool adalah kota yang menyenangkan, “Yang jelek cuman tim bolanya,” kata Mas Gepeng (maksudnya Arsenal ya, bukan Everton).
Beruntung kedai makan sedang gak begitu ramai, jadi kami bisa buang-buang waktu di sana menunggu malam, sekalian berteduh dari dinginnya hujan. Gerimisnya benar-benar seharian, gak ada jeda, gak ada berhenti karena adzan, gak ada istirahatnya. Saya jadi kepikiran gimana nasib kami besok. Kami akan tiba di London pagi-pagi dan lanjut perjalanan ke selatan untuk melihat Seven Sisters. Jaket kami sama sekali gak tahan dingin, apalagi kondisinya sudah ada kelembaban ekstra akibat kena gerimis.
Memikirkan cara-cara untuk survive, akhirnya kami kontak sepupu kami di London untuk pinjam jaket mereka, “Kasihan nih mas mbakmu udah masuk angin terus wkwk, nih Mas Gepeng kentut terus gak berenti-berenti,” tulis saya di chat. Setelah ada jawaban oke dari seberang sana, saya mengirim jadwal keberangkatan bus kami dan di sisi mana stasiun kami akan bertemu. Lega betul hati ini. Kami pun lanjut bersantai di kedai makan.
Setelah beberapa lama dan mulai awkward karena gak pergi-pergi, akhirnya kami cabut dan memutuskan untuk menunggu di Liverpool One Bus Station. This is the worst decision EVER! Stasiun bus-nya kayak pom bensin gitu lho, ada jalur-jalur bus dan kantornya cuman kecil satu biji luasnya gak lebih dari 4×4. Sudah gitu pintunya buka tutup terus karena banyak orang keluar masuk, bikin kami tuh kayak brrrr… haahhh…brrrrr…. haahh… brrrr… haahhh, gitu. Dan itu berlangsung dari pukul 7 sampai 11 malam. Untungnya kami gak sampai rematik.
Baca juga dong: Sehari di Inggris Selatan
Anyhow, perjalanan kami di Liverpool pada umumnya biasa saja. Setuju gak? Kami berlagak menjadi orang kaya yang bisa berada di dua kota berbeda dalam sehari. Mau lanjut lagi sombongnya? Kami naik bus dari Liverpool, dan bangun-bangun, kami sudah ada di London. Sudah kayak tour band yekan! Kayak One Direction! Padahal kenyataannya ya Tuhan remuk ini badan! Kaki rasanya cenat cenut, perut begah banget banyak anginnya. Kami benar-benar butuh tidur panjang!
Tapi di samping itu semua, ada hal menarik yang saya alami secara personal. Percaya gak percaya tapi harus percaya (haha) setelah dari UK lalu pulang kembali ke Indonesia, saya hampir setiap saat mendengarkan lagu The Beatles. Dari sebelumnya gak pernah sengaja putar, kini jadi playlist wajib. Dari yang hanya tahu lagu Yesterday, Across the Universe, Strawberry Fields Forever, Blackbird, jadi nambah buanyak dan semua didengarkan sepanjang hari. Lagu The Beatles entah kenapa jadi ‘sesuatu’ gitu di hidup saya. Sehari gak dengerin satu lagu saja, rasanya ada yang belum beres gitu. Apalagi Here Comes the Sun, lagu yang ditulis oleh George Harrison itu sudah jadi mantra saya setiap pagi, give me the warm sun after long dark cold winter. Mejik juga nih Liverpool.
“A world without The Beatles, is a world that’s infinitely worse!” Liz, dalam film Yesterday.
Ada yang pernah ngalamin gini juga? Atau ada fans The Beatles di sini? Ngaku!
P.S.: Cerita ini adalah perjalanan kami ke Liverpool tahun 2017 lalu. Kalau ada bagian Albert Dock yang sudah berubah, kasih tahu ya.
23 Comments. Leave new
Yang di film I Am Sam kalau ga salah lagu You’ve got to hide your love away ya? Versinya Eddie Vedder tapi ya. Penempatan lagunya pas banget sih dalam filmnya. Suka banget liat interaksi Sean Penn sama Dakota Fanning di film itu hehe.
Ngomong-ngomong kenapa Liverpool kotanya terlihat sedikit lebih artsy ketimbang Manchester, mungkin karena Manchester itu lebih ke kota industri yang dipenuhi pabrik segala macem ya. Jadinya bangunan-bangunanya dan suasananya juga less-artsy ketimbang kota-kota non industri. Kayanya sih hehe.
Aaah you remember that ya Mas Ikhwan, versi Eddie Vedder salah satu yang paling keren sih, juga Blackbird versinya Sarah McLauchlan sama Two of Us versinya Aimee Mann dan Michael Penn, all time favorites (meski versi asli The Beatles tetep paling ciamik sedunia!).
Btw soal Manchester, iya Mas Gepeng juga bilang gitu. Memang saya lihat lebih banyak gedung-gedung modern kantoran gitu di Manchester dibanding Liverpool.
Bagus banget sih pemadangannya. Itu bangunan-bangunannya kayak di film-film gitu, dan bersih banget jalanannya. Waaaaw 😍
Apalagi nuansanya hujan gitu ya Lia, kayak mau bikin adegan lari di tengah jalan sambil gandengan terus muter-muter (ngebayangin adegan di film The Notebook, pas Allie dan Noah awal naksir-naksiran terus ngedate dan tiduran di tengah jalan).
Ndak menikmati blas ke Liverpool ga pake jersey United pake nama punggung Gary Neville. Someday i will
-gepeng-
-nama yang paling sering disebut di blog ini
Kalau gitu jalannya jauh-jauhan ya, aku gak mau kena timpuk fans Liverpool wqwq
Kalo aku ke Liverpool atau Manchester maka mau ke stadion kedua klub sepakbola yang terkenal itu yaitu Old Trafford dan Anfield.
Kawasan Albert Dock bagus banget ya, ada kedai es krim yang lucu, kapal yang parkir dan lainnya. Liverpool kan dekat laut ya.
Wahahaha kamu anaknya netral ya, dukung Liverpool sama MU. Atau emang lebih karena mau liat stadion? Gak ada hubungannya sama tim sepak bola?
Iya dekat laut, dan Albert Dock ini mengelilingi Sungai Mersey yang bermuara di Teluk Liverpool.
Bangunannya estetik-estetik sekali ya di sana. Jadi pengen ke sana :v.
Salam kenal :D.
Uwaaaahhhhhhhhh mba justiiiiin, impianku bangettttt mau ksh kado ke suami tawaf di Liverpool, di Anfield nya hahahahahha. Tp yg pasti kalo kami ksana nanti, aku bakal ambil sih paket tur the Beatles. Bukan penggemar, tp aku lumayan suka lagu2 mereka :D. Ttp yg paling utama hanya Anfield :D.
Aku mah boro2 ngerti bola. Cuma pgn bahagiain pak suami bisa nonton di stadium idolanya hihihihi… :D. Naah makan fish and chips di sana jug amsk dlm bucketlistku mba. Soalnya di mana lagi tempat paling cocok makan fish and chips kalo bukan di daerah Deket laut .makin nikmat itu :p
Semoga yaa bisa tawaf di Anfield sama pak suamik lucumu itu, terus plis ceritain nanti pak suami minta diskon atau promo apa gitu gak pas di sana ahahahaha. Sekalian ceritain pas ikut tur The Beatles, apakah bisa kena magical mystery kayak saya yang pulang-pulang jadi dengerin The Beatles tiap hari.
Oh iyaaa bener bangeeet ituuu, makan fish n chips paling nikmat di pinggir laut, sambil denger suara ombak dan seagull lalu lalang. Ciamik lah!
Btw kalau kamu ke Anfield, kamu akan masuk ke stadion apa nunggu aja nongkrong di kafe Mba?
Masuuuuuuk dooong. Pak suami ga bakal mau masuk sendiri tanpa akuuuh hahahahha. Aku walo ga suka bola, tp sebisa mungkin di depan dia pasang muka suka aja mbaaa. 2012 Liverpool pernah ke Jakarta, main di GBK, pertandingan persahabatan doang sih. Aku ikutan nonton ituuu :D. Berdua Ama Raka. Dan nth kenapa keikuuut Ama euforia nyaa :D. Padahal ngerti juga kagak.
Mungkin itu magic nya bola yaaa :D.mempersatukan segala lapisan hahahaha
Jd pasti aku bakal masuk juga ke Anfield. Kapan lagi bisa foto di dlm kalo ksana 😀
Ngapa pak suamik kudu ditemenin? Ya gapapa sih tapi, biar ada yang diceritain, biar makin berasa keren banget gitu bisa berbagi cerita hebat pemain bola kesayangannya. Kayak yang dirasain Mas Gepeng pas cerita soal MU ke saya.
Nah iya Mba setuzu banget. Saya gak paham bola blas, tapi pas diajakin nonton dan pertandingannya menggugah, bisa sampai merinding! Itu padahal baru nonton di yutup, pegimana kalau langsungan kan, bisa ketiduran atau yaaa bantuin babang jualan donat keliling aja wkwkwk.
Hai Michael, atau David? Atau Michael David? Saya Justin dan suami saya Nindyo (aka Mas Gepeng). Yok ke sana, lihat langsung terus nonton bola. Atau makan es krim di pinggiran Sungai Mersey, atau jalan-jalan saja di kota.
Charming sekali memang Liverpool ini ❤ dibandingkan MU yang kesan kotanya “bola” banget, betul kata Mba Justin Liverpool lebih terasa artsy, ya. Padahal ada tim bola juga di sana, tapi rasanya ‘ketutup’ dengan popularitasnya The Beatles *ih cotoy* 🙈
Ngomong-ngomong The Beatles, aku juga hanya tau beberapa lagu populer mereka, Mba. Hey Jude, Yesterday, Here Comes The Sun salah tiga lagu yang sering aku dengar. Kebetulan orangtuaku fans Beatles, sayangnya nggak diturunkan ke anaknya. Eh begitu Westlife keluar, mamaku yang tergila-gila sampai aku pun ikut-ikutan wkwkw eh berarti pas di London, foto di Abbey Road nggak, Mba?
Btw, ini kan catatan perjalanan tahun 2017, ya. Mba masih ingat semuanya berarti tiap traveling pasti dicatat gitu yaa? Soalnya ceritanya detil banget hihi *betulan penasaran*
Kalau bukan penggemar Liverpool atau gak ngerti bola, pasti lebih menikmati napak tilas The Beatles. Tapi jadi penasaran, buat yang gak suka 2 hal itu, apa yang dilihat dari Liverpool yah? Penasaran.
Kami gak foto di Abbey Road, Ci Jane. Kami pas di London santai ikutin teman saja dia ajak ke mana hihi, lagian yang paling dipenginin itu main ke Borough Market.
Saya kalau yalan-yalan ada dua metode: dicatat di buku kecil atau foto semua momen/jejak biar keingetan. Nah yang Liverpool ini pakai metode yang ke-2 Ci, karena pas di sana hujan dan tangannya gak sanggup nulis gegara kedinginan wkwkwk.
“You’ve Got To Hide Your Love Away” yg dibawain Eddie Vedder emang bagus dan pas banget di filmnya.
The Beatles sama klub bolanya emang Liverpool banget. Bangunan bata merahnya khas gitu, seru nih bisa jalan-jalan kayak horang kayah hehe.
Ternyata emang bener ya London itu kota yg lembab dan sering hujan atau emang lagi musimnya?
Waktu kami ke sana, sebenarnya lagi musim panas di UK, termasuk London. Beruntungnya, kami tuh datang beberapa minggu setelah heatwave menyerang London, sampe-sampe ada papan peringatan bahwa orang-orang akan bau udang saking panasnya wkwk.
Teman kami bilang kalau musim panas di London itu gak hujan. Tapi sekali lagi, cuaca di London itu labil dan memang sering gloomy, jadi rada lembab.
London, duh jika aku menginjakkan kaki di sana mau nyobain fish n chips dan juga belut jelly yang katanya udah langka yang jual. Aku The Beatles kurang tahu lagu-lagunya, kalau Queen tahu aku eheh.
London apa Liverpool nih Lid? Enakan makan fish n chips di Liverpool, atau kota pinggir laut lainnya. Lebih cucok gitu. Btw belut jelly itu ager-ager belut? Saya baru denger banget ini.
The beatles ingetnya film Yesterday itu. Bagus sih filmnya, lucu 😂
Trus numpang mampir ke sini buat liat2 foto Justin yang bagus2 di Liverpool. Karena pandemi belum berlalu dan blm bisa jalan2, ku liat foto2 orang2 aja..😁
Kamu udah nonton Mba Ica? Bagus ya, temanya out of the box banget! Apalagi OST-nya juga oke oke banget, suaranya Himesh Patel bikin nuansa baru di lagu-lagu The Beatles.
Btw semoga bisa menikmati Liverpool lewat tulisan ini ya Mba Ica…
yaampun uda lama bgtt ga baca blog ini baru nyadar banyak tulisan baruuu~
Liverpool punya tempat spesial juga nih di hati acu, pernah ke sini sama mama papa dan mereka hepi bgt foto bareng the beatles kaku (patung maksudnya), trus mamaku cerita waktu muda suka nyanyi2 hey jude sambil naik sepedaaa hehe. dan iya, kami kedinginan banget juga di sana. winter2 pinggir laut, bukan kombinasi yang asik, tp hati tetap angett.
trus udahannya pulang2 di indo kena surat tilang 40 pon karena parkir ilegal di albert dock, wkwkw