Devon: Kafe Sydney rasa Jakarta

“Mau makan di mana nih?” tanya teman saya. “Devon, Sency, gue mau sekalian buat konten blog,” jawab saya. “Apaan Devon?” “Devon… Devon Aoki,” “Hah apaan lagi tuh?” Yah begitulah. Dia yang kalau di kafe selalu pesan nasi goreng dan es lemon tea, memang selalu seru kalau diajak makan ke tempat gemas kayak gini. Devon adalah kafe kelahiran Sydney, Australia, yang buka cabang di Jakarta, tepatnya lower ground Senayan City, seberang-seberangan sama Lewis Carroll Tea. Kalau baca-baca sih kafe ini gak ada hubungan sama aktris kelahiran New York itu, tapi dia sangat lekat dengan intimacy and of course, Sydney kind of brunch which I have mostly seen from social media.

Saya pribadi suka ambience Devon. Sentuhannya hangat tapi bukan yang temaram kuning cokelat a la kafe band indie. Ornamen kayu ditabur little twist of turquoise, olive, jade, dengan keramik lantai monokrom belang-belang, terkesan kalem dan dinamis bersamaan. Lampunya juga warm white, bikin foto makanan gak kayak kebakar matahari wqwq.

Oh iya Devon ini kan lumayan hits dan favorit di kalangan anak muda ya. Namun karena masih PPKM, Devon jadi lebih lapang dan sepi. Harusnya simpati tapi sejujurnya saya suka makan siang tenang begini. Nuansa kayak gini membuat kita menikmati makan lebih khidmat sekaligus lebih intimate sama teman makan. Kurangnya satu, pelayanannya terbata-bata. Sepertinya siang itu kami dibantu orang baru.

Mari kita tengok sajian kuliner Devon. Kalau kamu vegan atau vegetarian, mereka punya menu baik untukmu seperti Chia Pudding, Devon Caesar Salad, Veggie Bowl, atau beberapa menu lain yang tentu saja bisa request gak pakai daging. Saya siang itu coba Truffle Bakmie. Di Devon Sydney ada menu mi goreng truffle, nah ini versi yang kuahan. Rasa manis kaldu jamur dan mi telur keriting, ini sangat Jakarta! Meski saya hampir gak menemukan jejak truffle, rasanya begitu lekat di hati. Masa iya sih ini chain cafe dari Sydney? Bukan Donoloyo?

Selain di mi, saya juga hampir gak menemukan jejak si jamur mewah itu pada camilan Fries Curly Truffle. Saya kira saya pilek, tapi kayaknya truffle oil yang digunakan Devon terlalu sedikit. Buat saya yang suka sekali truffle, ini kurang banyak. Next time saya mau minta lebih medok lagi rasa truffle-nya deh biar hati ini makin berbunga-bunga. Oh jangan khawatir soal porsi kentangnya. Bahkan ketika semua piring kotor sudah diangkat, dia masih tersedia! Porsinya generous pemirsa!

Anyway saya lihat teman-teman menikmati makanan mereka. Perlahan tapi pasti semua piring bersih kecuali Soft Shell Carb Fried Rice yang ternyata mengandung udang dan teman saya alergi. Meski sudah dipinggirin, tapi sari pati udang tentu nempel di semua nasi-nasi itu. Dia langsung pusing dong wakakakak. Saya merasa bersalah banget karena gak baca ingredient di laman menu. Merasa bersalah juga pada nasi goreng cantik itu jadi gak habis dan tentu pada chef yang susah payah memasaknya. Semoga si waitres dengar saya minta maaf.

Oh ada yang lucu. Pas teman saya nanya ke waitres mana menu yang paling banyak dipesan orang a ka favorit, dia bilang gak ada (benar kan waitresnya orang baru). Akhirnya dia rekomendasikan signature dish Devon yaitu Breakfast with the Sakuma’s. Kalau kamu tahu, ada permen warna warni yang dikemas dalam kaleng (bentuknya kayak kaleng sarden) keluaran perusahaan Jepang bernama Sakuma Candy. Lokasinya di Ikebukuro sana tuh. Permennya warna warni, bulat-bulat, dan punya aneka rasa. Nah menu breakfast ini dibuat penuh warna seperti permen-permen Sakuma. Kalian bisa lihat fotonya! Taburan selendang furikake, sayuran hijau, petite radish, warna salmonnya juga tampak seksi thanks to the miso, sangat menggugah!

Saya melihat teman saya begitu menikmatinya. Meski saya rasa salmonnya kurang gembil untuk harga segitu tapi yang penting dimakan habis. Saya suka ketika orang-orang menghabiskan makanannya. Dan ini mungkin menu breakfast paling mewah yang pernah saya lihat. Memang orang-orang bilang makan di Devon itu mahal. Iya mahal banget semuanya. Memangnya kalau tipe makanan brunch Sydney begini mahal ya? Jadi takut ke Sydney wakakakak.