

Let’s imagine something fun here. I was in a talk show held in Korean restaurant. So many people come, ada yang dari Jombang, Madagaskar, Labuan Bajo, dan dari Amerika Utara. Topik hari ini adalah tentang hanok, semua tamu bebas bertanya tentang hanok. Berhubung saya baru sekali pergi ke hanok, sendirian pula, jadi saya menjawab pertanyaan sebisa saya. Yang belum terjawab bisa doakan saya kembali lagi ke Korea untuk mengeksplorasi lebih dalam lagi tentang hanok, entah yang punya Korea Selatan maupun Korea Utara. Berikut beberapa pertanyaan yang berhasil didokumentasikan oleh tim aplatefortwo.com pada saat talk show dirangkum dalam bentuk RPHLL. Cekidot!
Apa itu hanok?
Hanok adalah rumah tradisional Korea, yang kalau di Seoul bisa kita temui di Bukchon dan Namsan. Prinsip pembangunannya mengacu pada istilah baesanimsu, yaitu mengatur rumah untuk dibangun membelakangi gunung dan menghadap sungai, jadi rumahnya adem. Biasanya hanok juga dibangun menghadap timur atau selatan supaya cukup mendapat sinar matahari.
Komposisi bangunannya sangat sederhana yaitu dengan kayu, tanah, batu, jerami, kertas, dan genting. Namun seiring waktu, orang-orang kaya ini membuat hanok sedikit lebih modern dengan menempatkan elemen besi, alumunium, atau apapun lah yang abu-abu dan bermesin.
![]() |
Replika hanok awal abad 19 di Namsan |
![]() |
Hanok di Bukchon yang terbuka untuk umum, masih menggunakan konsep panggung meski tidak lagi ada ondol. |
Eh, orang kaya?
Iya betul. Memang sudah pasti zaman dulu orang Korea tinggalnya di hanok. Bedanya kalau orang kaya atapnya pakai genting (giwajip), orang qismin pakai jerami (chogajip). Tapi saat mengunjungi Bukchon Hanok Village, di mana rumah-rumah ini masih ditempati, saya melihat terlalu banyak kemewahan seperti satu rumah mobilnya 3, rumahnya terlalu kinclong, CCTV dimana-mana, bel dengan kamera, gembok dengan kode, garasi otomatis, pokoknya saya sungguh terkesima. Saya kira ini literally village, tapi ini rich village —dan tidak ada sobat KKN di sini.
Apa yang istimewa dari hanok?
![]() |
Ruangan tengah yang pintunya terbuka itu adalah dapur. Dari situ akan dialirkan hawa panas ke dalam saluran dibawah ruangan. Makanya lantai ruangan lain dibuat lebih tinggi dari dapur. |
Bagaimana cara cepat mengenali hanok?
Hanok benar-benar sudah jarang di Korea dan yang di Bukchon pun bukan bangunan dari zaman dahulu karena paska perang semua bangunan hanok sudah dihancurkan. Jadi kalau kamu lihat bangunan dengan genting seperti poni yang ujungnya diblow ke luar, nah itu dia hanok. You don’t even need a blink! Hanok menjadi bangunan yang unik dan outstanding di Korea.
Apa maksud ujung diblow keluar?
Genting hanok, atau orang Korea menyebutnya cheoma, itu khas ya bro n sis. Biasanya berwarna gelap antara abu-abu atau hitam kebiruan. Disusun rapih seperti sawah yang belum ditanami, dan tepiannya mencuat ke luar ke atas, seperti rambut diblow wkwk. Di ujung genting tampak sebuah ukiran bergambar wajah bapak tua beralis dan berjengot lebat. Saya tidak tahu ini simbol apa, tapi melihat ekspresi garangnya, saya rasa ini adalah semacam dewa penjaga rumah, seolah memberi peringatan untuk tidak berani melakukan hal jahat di rumah ini. Semacam Dewa Ni-o. Atau Dewa Bujana.
![]() |
Genting yang diblow keluar. |
![]() |
Ujung hanok yang ada wajahnya. |
Apakah hanok juga memakai pagar?
Jika melihat mayoritas bangunan baik di Bukchon maupun di Namsan, hanok selalu dikelilingi oleh pagar dinding dengan pintu gerbang dari kayu. Tembok kayu ini biasanya bertekstur kasar dengan genting tersusun rapih diatasnya. Motif dinding juga biasanya rapih dari bentuk kotak-kotak, motif sederhana, atau bentuk alami mengikuti garis bata atau beton. Masih cakep lah buat latar foto.
Hanok zaman dulu memiliki lahan yang luas, sehingga jarak antara pagar dan bangunan lumayan jauh. Tapi kalau lihat di Bukchon, jaraknya tidak terlalu jauh. Habis buka pintu pagar terus langsung pintu rumah. Kesimpulannya apa? Baik di Indonesia maupun di Korea, harga tanah memang semakin mahal wkwk.
![]() |
Pagar hanok di Namsan. Gerbang kecilnya benar-benar kecil, harus menunduk sedikit supaya tidak kejedot. |
![]() |
Hanok di Bukchon yang tidak pakai pagar. |
Bagaimana cara kita masuk ke hanok?
Monmaap ibu, apaqa pertanyaan ini diperlukan? Apaqa ibu serius? Yaaa menurut nganaaa masuk rumah gimana caranyaaa kalau tidak ketok ketok terus samlikum terus masuk saja lewat pintunyaaa! Itu kalau hanok memang terbuka untuk umum yha, kalau tidak ya foto lalu lewat saja~
Apakah bagian dalam hanok juga keren?
Sebelum masuk, ada hal menarique yang saya temui pas ke Namsan. Saya melihat rumah yang bentuknya seperti kawasan. Jadi ketika masuk ke gerbang, kamu langsung berhadapan dengan lapangan luas (madang) dan bangunan hanok mengelilingi. Seperti sebuah guest house, meski nyatanya ini tempat tinggal seorang tuan tanah bernama Yun Deokyeong, paman dari istri Kaisar Sunjong.
Desain letter U seperti ini menyesuaikan lokasi hanok yang berada di daerah dengan musim panas lebih panjang lho gengs, jadi lapangan luas itu fungsinya untuk menyimpang angin supaya rumah tetap adem. Kalau yang di daerah dingin beda lagi desainnya. Kalau panas dingin, yaa tinggal mimik Antangin.
Saya sempat melihat replika kamar tidur hanok di Namsan. Ukurannya sekitar 5×3 meter, hanya berisi kasur lipat (futon) yang tergulung, lampu duduk, gantungan pakaian, peti-peti, dan kabinet setinggi 1 meter. Kamarnya sederhana sekali. Orang Korea konon suka tidur di kasur tipis dengan bantal padat berisi beras. Meski sekarang sudah banyak rumah menerapkan kasur modern —dengan dipan dan kasur lateks— tapi ada juga yang masih mempertahankan penggunaan futon. Ketika kasur tidak digunakan, biasanya orang Korea akan duduk dilantai lalu mengobrol (biasanya) hal-hal serius.
![]() |
Futon yang disimpan di atas lemari.
|
Dapurnya?
Jika ruangan-ruangan lain itu tidak langsung menempel tanah, nah dapur ini beralaskan tanah dan luas sekali. Dapur juga jadi satu-satunya ruangan dengan dua pintu masuk (depan dan belakang). Di dapur ada panggung kayu dengan beberapa peti dan kabinet. Tempat ini digunakan saat mereka hendak memotong sayur atau daging, juga untuk makan karena ada kabinet yang menyimpan kursi dan meja kecil.
![]() |
Dapur di salah satu replika hanok di Namsan. |
Lalu ada juga area kompor dapur yang dibuat menempel dinding untuk mendukung sistem ondol dan tampak lebih rapih karena asap dan bekas bakaran kayu atau arang tidak mencar kemana-mana. Kompor ini diameternya besar, pun ‘wajan’ tanah liat untuk memasak juga berukuran besar, seperti ulegannya gado-gado. Ada juga sisi kompor dengan gentong, mungkin untuk merebus air.
Sebenarnya sebelum ditemukan sistem ondol, kompor untuk memasak juga berbentuk kotak terbuat dari adonan rumput dan tanah liat. Hanya saya terpisah tidak menempel dinding dan dilengkapi cerobong asap sendiri. Mirip seperti kompor kita —orang Indonesia— zaman dahulu yang dibuat dari susunan bata lalu diganjal batu kali.
![]() |
Perkakas dapur, ada meja yang dicantol dan mangkok apa ya itu besar sekali. Memangnya di Korea ada gado-gado? |
![]() |
Karpet karung, tambang kecil, tambang besar, disimpan di dapur. Mungkin persiapan 17an. |
![]() |
Tas wadah untuk bawa-bawa barang. |
![]() |
Kompor yang terpisah tidak menempel tembok. |
Ruang baca atau kerja? Ada tidak?
Nah bagian ini adalah kesukaan saya, yaitu ruang baca. Kalau jadi ruang kerja tidak tahu juga yah, kan dulu mereka kerjanya tidak laptop-an wkwk. Di dalam ruangan ini ada sebuah bale-bale kayu yang menempel ke jendela besar, rak buku, kipas angin, kabinet, peti-peti, juga meja-meja kecil. Saya tidak melihat ada bantal sandaran atau alas duduk di bale-bale, jadi saya menduga orang Korea membaca buku sambil duduk dan bukunya ditaruh di meja kecil. Supaya tidak sakit mata, mereka akan memposisikan diri membelakangi jendela sehingga mendapat pencahayaan yang cukup mengingat lampu duduk itu warnanya kuning yah, tidak begitu sedap buat baca buku.
Apa yang para penghuni lakukan saat turis berfoto?
Eh kok kepo ya Anda? Ogut tidak intip-intip rumah orang monmaap.
Itu kenapa ada banyak gentong ya? Dan rumah jerami?
Lalu rumah jerami itu untuk apa? Dulu sebelum mengenal bentuk rumah hanok dengan dinding, masyarakat Korea tinggal dalam rumah jerami atau mereka menyebutnya umjib. Pada zamannya, umjib sangat tangguh dalam menghalau dingin dan menjaga hangat dari tunggu tetap awet. Tapi karena penuh resiko seperti rumah dimakan sapi, maka mulai lah membangun rumah dengan kayu.
![]() |
Gentong air. |
Apaqa kita benar-benar tidak bisa masuk ke ruangan hanok?
Tidak bisa qaqaq. Semuanya restricted area karena hanok di Namsan semua adalah replika, dan di Bukchon masih ditinggali kecuali yang memang terbuka untuk umum. Tapi ada satu cara untuk kamu bisa merasakan hanok lebih real, yaitu dengan tidur siang. Yes, you hear that. Kamu bisa tidur siang di dalam hanok di Namsan, dengan alas tidur tikar (agak lebih tebal dari tatami), bantal kecil, dan guling. Yang mencuri perhatian (selain kamu harus mengeluarkan untuk tidur siang) adalah gulingnya. Bukan yang biasa kita peluk saat tidur, guling ini terbuat dari kayu tipis lalu dibentuk sedemikian rupa menyerupai guling. No bulu angsa atau kapuk didalamnya. Seperti replika guling gitu lah. Tampak tidak pelukable wkwk.
![]() |
Pagar ini ditempeli mantra supaya tidak ada yang sembarang masuk. Mungkin ini rumahnya vampir. |
![]() |
Dan beberapa rumah memang menuliskan pengumuman untuk jangan berisik atau ketuk-ketuk pintu karena masih ada orang yang tinggal di situ. |
Gimana rasanya berada di hanok?
![]() |
Berada di dalam hanok rasanya seperti hidup berjalan pelan dan waktu hanya untuk bersantai~ |
![]() |
Santai begini nih~ |
Gimana cara foto yang bagus ketika di hanok village?
Memakai hanbok memang sangat direkomendasikan karena cucok meong yah nuansanya. Karena seperti kata AnakJajan, “There’s no better way to explore a country than going to the old town while wearing the traditional outfit, it’s more memorable way to travel and it gives a fuller experience”. Pilihlah warna yang hangat dan senada supaya foto makin natural —selain Diana Rikasari, kamu dilarang menjadi kue lapis berjalan apalagi di sekitaran hanok village ya. Oh satu lagi, usahakan kamu tidak pakai hanbok yang ngatung roknya, kurang bagus kalau difoto wkwk.
Untuk mendapatkan lanskap hanok yang bagus, sebaiknya gunakan lensa bukaan kecil sehingga latar tidak akan blur/bokeh. Usahakan dapat penampakan hanok yang luas, agar suasana Koreanya kental. Sisanya ya suka-suka kamu, mau membelakangi matahari, jungkir balik, sok candid, sambil koprol, terserah asal jangan sampai merusak properti hanok.
![]() |
Menggunakan hanbok berpose di depan hanok. Eh saya baru sadar, hanok dan hanbok hanya beda satu huruf wkwk. |
![]() |
Latar foto yang sangat bagus, artistik sekali. |
Monmaap, gimana ya caranya menuju hanok village?
Duh bepque ke mana saja kok baru tanya ini. Dan sebenarnya ya saya tidak hafal juga stasiun dan rute-rutenya hehe. Saya benar-benar bergantung pada CityMapper dan WiFi Passpod. Jadi saya tinggal ikut instruksi saja di mana harus turun dan jalan kaki ke arah mana. Don’t rich people difficult myluv~
![]() |
Lingkungan di sekitar Bukchon. Rasanya seperti di luar negeri. |
Apaqa di sekitar hanok village ada tempat makan?
Ada dong. Memang tidak ada yang bertuliskan halal (if I’m not mistaken), tapi yang vegetarian dan menggunakan kaldu sapi ada kok. Karena berada di lokasi wisata, biasanya orang restoran lebih pintar bahasa inggris. Hanya saja di sana tidak banyak jajanan, mungkin takut kawasannya jadi kotor yah. Kalau untuk urusan toilet umum, sudah tersedia baik di Bukchon maupun Namsan dengan kebersihan oke dan sabun cuci tangan batangan. OH saya kasih tahu juga, WC di Korea tidak pakai selang cebok. Sekali lagi. Tidak pakai selang cebok. Ini mengezutkan ya karena tidak ada orang yang bilang ini sebelumnya, bahkan di ulasan para blogger juga. Jadi Oppa Seo-joon tidak pernah cebok? Lee Min-ho? KYAAAA!
Eh, di hanok kamar mandinya seperti apa ya?
Waahh pertanyaan bagus! Akhirnya ada juga yang bertanya ya. Di bagian-bagian rumah hanok yang saya ceritakan tadi itu sayangnya tidak ada kamar mandi atau toilet. Ada tempat untuk berdoa, tapi tidak ada toilet. Apaqa mereka poop? Tentu saja. Lalu bagaimana mereka poop? Nah di halaman belakang hanok, terpajang banyak benda-benda replika seperti kompor, rumah jerami, sumur, gentong-gentong, dan sesuatu yang seperti air mancur. Saya menduga ini adalah toiletnya meski saya tidak terbayang gimana cara mereka menggunakannya. Lihat gambarnya saja.
![]() |
Menurut kamu ini apa? |
Jadi mereka mandinya bagaimana?
Sepertinya ya, sepertinya nih, mereka menimba air dari sumur lalu simpan di gentong, lalu byar byur saja seperti kita. Itu kalau mereka mandi ya wkwk. Dan yang menarique adalah orang Korea kalau keramas bisa terpisah dari mandi. Mereka akan jongkong di depan ember, lalu keramas, lalu bilas. Tidak pakai mandi. Seperti yang saya biasa lakukan juga wkwk #timmalasmandi.
![]() |
Sumur di hanok |
Di wilayah hanok ada WiFi gratis tidak?
Bisa kah kita bertemu artis Korea di hanok village?
Sebaiknya pakai sandal atau sepatu untuk mengelilingi hanok?
Suka-suka lau itu mah~
Ada ayam tidak di hanok village?
Wah kemarin sih tidak ada. Dan don’t forget, ini rich village ya.
13 Comments. Leave new
Dari episode korea, ini yang terbaik, runtut, informatif dan detail. Jadi bandingin kenapa orang jogja punya ndalem dan model rumahnnya sudah ada pakemnya.
Kewren
-Gepenk-
Nama yang paling sering disebut di blog ini
makasih ceritanay, menarik
Ihhh beneran mereka ogah tinggal di rumah jerami karena takut rumahnya dimakan sapi? Hahaha kungakak eh sepanjang baca.
Dan … Kemudian buyar pas ngebayangin para oppa oppa tampan itu nggak pernah cebok. Tolongin perasaanku dong help.
Jadi paham dikit2 deh setelah bilang liat di Reply 1988 heuheu ondol ternyata namanya. Btw ngomong2 ttg mandi itu di Reply 1988 juga kayaknya mereka nggak mandi ya? Kan tiap berangkat sekolah cuma sikat gigi ama cuci muka doang gitu. Nggak liat juga kamar mandinya Deok sun dimana(?) wkwk
Wowwww asik banget baca tulisan ini, jadi berasa halan-halan ke korea hihi. Dan, aku terkejoed (lagi) ternyata mereka udah maju banget ya, segalabada cctv, bel rumah ada kamera, beuhh lengkap banget dah, kaya mau perang gitu..
Mirip mirip yah sama rumah di Jogja, yg ndalem ada gazebo kayu di depan dan halaman lebar. Yg Jogja juga dibuat membelakangi Gunung Merapi gak sih?
Aku lupa lihat Deok Sun mandi apa gak, tapi Choi Taek sama Sun Woo suka mandi tuh malem-malem. Kalo Deok Sun senengnya keramas sambil jongkok wkwk. Tapi aku inget adegan dia nungguin si Bo Ra mandi kok. Brb nonton lagi~~
Yaaa kali aja, sapi kan makan jerami wkwk. IYAAAA AKU JUGAAAA! Masa Park Seo-joon gak cebok! Terus dia jangan jangan cacingan juga huwaaaa 😱
Makasih Mba Tira. Aku suka banget main di Hanok, enak, berasa santai hidupnya karena banyak unsur alam di bagian dalam dan luar, jadi adem enyak gicu~
Makasih Ocha! Iya maju, sudah modern meski rumahnya bergaya klasik. Kalo ada tukang bakso lewat jadi keliatan dari kamera wkwk. Termasuk kalo ada gerakan-gerakan mencurigakan misalnya ada maling gitu. Bel pun udah digital yg bisa ada suaranya. Cool!
Kalo saya baca artikel ini, entah kenapa kok jadi keinget Jepang ya. 😀
Daerahnya seperti Hirayu Onsen di Jepang, tapi di village ini lebih tradisional hehe.
Sebenarnya aku juga ngerasa gitu. Hanya saja di Jepang kan bangunan tradisionalnya masih banyak yah Mas Heri. Restoran, toko, masih banyak yang menggunakan elemen-elemen tradisional. Tapi di Korea, konsentrasinya hanya di hanok village sehingga nuansanya jadi lebih kental.
masi dalam rangka ikutan giveaway,
ini tulisan lain yang kusuka. kenapa? karena aku juga tim males mandi.
eh, bukan….
soalnya berasa kembali ke masa-masa saat nglayap di Korea, dan mengakibatkan efek samping jadi pengen kesana lagi, meski kalo di sana kita susah cebok. hahahaha
oh iyes, nambahin juga kalo ada warung masakan Korea yang halal di daerah Bukchon (86-4 Samcheong-ro, Jongno-gu, Seoul) namanya Halal Kitchen. yang punya orang Korea muallaf.
Dita
@jagungmanisjalanjalan
https://www.jagungmanisjalanjalan.com
sambalsunti[at]gmail[dot]com