![Makan di mana Kalau ke Medan? (UPDATED)](https://www.aplatefortwo.com/wp-content/uploads/2018/11/1170861-01.jpeg)
Sejak pernah tinggal di Medan tahun 2013 silam, saya selalu senang kalau bisa datang ke sini barang menghabiskan akhir pekan atau business trip. Meski berisik, Medan tetap menarik. Meski panas berdebu, kuliner Medan tetap membuat daqu menggebu-gebu (cakep). Tulisan ini adalah remake dari tulisan sebelumnya dan saya membaginya ke dalam beberapa klasifikasi supaya lebih gampang dan rapih: aneka nasi & lauk pauk, aneka soto, sate padang, dan aneka mie. Kalau kamu mencari rekomendasi kuliner Medan untuk dicicipi saat main ke sana, silahkan cekidot.
Nasi dan Lauk Pauk
1. Wajir Seafood
One of the best place to eat seafood with great taste, jumbo portion, and affordable price is Wajir Seafood. WAJIR ya, bukan wanjir. Dulu pas tinggal di Medan, saya regularly ke sini untuk memenuhi rindu makan seafood murah meriah. Sensasinya mirip makan D’Cost, tapi ini even better. Rumah makan yang berada di Jalan Kolonel Sugiono ini punya banyak menu seafood yang gak akan mengecewakan. Semua makanan disini fast food, alias sudah siap masak semua tinggal dihangatkan lalu disajikan.
Berbagai olahan seafood seperti cumi, udang, kepiting, ikan-ikan, belut, kepah, dimasak dengan bumbu macam-macam seperti saus telur asin, cabai hijau, saus tiram, goreng mentega, asam manis, tauco, saus pedas, sambal merah, dan lain-lain. Saya pribadi paling suka cumi telur asin dan belut cabai hijau. Selain itu, kamu bisa juga coba tom yum yang rasa asam pedasnya pekat sekali, juga hotplate kangkung yang gurih, atau fuyunghai terong yang unik. Buat yang gak suka ikan tapi mau makan di warung seafood, bisa pesan olahan ayam dan daging sapi.
Menu-menu andalan saya di Wajir
Wajir selalu ramai khususnya saat malam hari. Kalau kamu mau malam mingguan di sini, pastikan datang lebih awal sekitar jam setengah tujuh, atau habis magriban gitu lah. Meski tempatnya luas, kita bisa banget gak dapat tempat duduk di sini dan menunggu entah diurutan ke-berapa. Apalagi mekanisme nunggunya gak pakai didaftar gitu, jadi bisa saja meja kosong langsung diserobot oleh orang lain. Semangat ya!
🚩 Jl. Kolonel Sugiono No. 31
🕢 16.00 – 23.00 WIB
💰 Lauk pauk Rp25ribu – Rp60ribu
💡 Paling cocok buat makan ramean
💡 Pelayanannya cepat
👌 Makan malam
2. Martabak Salim
Martabak Medan itu mirip sama martabak Aceh, dimasak pakai roti canai dan ada cocolan kuah kari sebagai pelengkap. di Medan, kamu akan mudah menemukannya selama yang jualan orang asli Medan. Nah ada satu nih martabak yang stop, engkau menchuri hatiqyu hatiqyuu~~ adalah Martabak Salim yang terletak di Simpang Bromo. Martabak Salim ini sungguh memuaskan. Ukurannya besar dan isiannya tebal. Penjual memberikan dagingnya gak main-main, melimpah dan racikan bumbu karinya sedap betul. Kuah karinya pun kental dan gak terlalu berminyak, gak bikin tenggorokan jadi tahu-tahu kesat.
🚩 Jl. Arif Rahman Hakim, No. 156, Simpang Bromo, Sukarame
🕢 08.00 – 21.00 WIB
💰 Lauk pauk Rp25ribu – Rp60ribu
💡 Paling cocok dimakan saat sore mendung-mendung adem
👌 Cemilan because I’m umat yang gak menjadikan martabak sebagai lauk wkwk
3. Rumah Makan Mandailing
Jika kamu ingin mencoba makanan super otentik khas Medan, mampir lah makan di rumah makan Mandailing. Di rumah makan ini banyak sajian khas yang gak akan kamu temukan di manapun, kecuali kalau ibu mu orang Mandailing ya. Meski sering disama-samakan, sebenarnya Suku Mandailing memiliki bahasa, aksara, sistem sosial, adat, dan kebiasaan yang berbeda dengan Suku Batak dan Melayu. Makanya olahan kulinernya pun berbeda.
Ada beberapa rumah makan Mandailing di Medan dan saya berkesempatan coba di tempat Hj. Nuraini yang sudah berjualan sejak 1970. Si Opung The Legend masih turun tangan memasak semua kudapan dengan dibantu oleh ibu-ibu lain. Ia hanya bisa bahasa Mandailing, jadi teman saya yang bantu berkomunikasi dan bilang, “Ini teman saya dari Jakarta dan katanya suka semua masakan Opung!”
Saat itu yang saya coba lumayan banyak. Ada sayur ubi tumbuk berkuah, ikan mas arsik asap, gulai telur bebek, belut bumbu rendang, ikan sale gulai, sambal ikan baledang, dan lain-lain. Aroma dan racikan rempahnya memang unik, tak sama dengan masakan Sumatera Barat (baca: Padang) atau Sumatera Selatan (baca: Pagaralam, karena ogut dulu selama 2 bulan makan makanan SumSel tiap hari wkwk).
🚩 Jln. Sei Deli, seberang Masjid Maraset kalau masuk dari Jalan Adam Malik
🕖 08.00 – 16.30 WIB
💰 Minimal Rp25ribu
💡 Menu disajikan dalam jumlah banyak, pastikan kamu ambil seperlunya dan jangan jorok-jorok yha
👌 Makan siang bersama-sama
4. Nasi Goreng Komdak
Ada banyak tempat makan nasi goreng di Medan, mulai dari yang jual orang Medan asli sampai orang Jawa. Nasi goreng Komdak ini kebetulan memang orang Medan yang jual jadi rasanya cenderung berminyak, gurih, dan lebih ‘ringan’. Buat saya pribadi, primadona di sini bukanlah nasi gorengnya, atau mie goreng, atau sate padang, melainkan es jeruknya. Es jeruk di sini legit sekali. Bukan yang nyelekit macam sirop abang-abang sekolahan, melainkan manis jeruk yang matang sempurna dan lembut rasanya. Sungguh enak. Bahkan es jeruk harganya lebih mahal dibanding nasi gorengnya wqwq.
Es jeruk di sini konon menggunakan jeruk asli Berastagi. Jeruknya terkenal manis seperti madu dan sangat menyegarkan. Kalau kamu pernah minum es jeruk kunci di Belitung, nah rasanya mirip hanya saja yang di Medan sedikit lebih ringan, bikin segar di minum meski malam hari dan cuaca sedang hujan.
🚩 Jl. KH. Zainul Arifin, seberang Medan Sun Plaza, sebelah Kuil Shri Mariamman
🕐 17.00 – 02.00 WIB
💰 Rp12ribu untuk nasi goreng, Rp15ribu untuk es jeruk
💡 Jangan datang pas musim hujan, nasi gorengnya jadi kurang yahud
👌 Makan malam
5. Nasi Goreng Pandu Raya
Adalah nasi goreng Medan pertama yang saya makan, dan tempat ini lah asal mula istilah ‘nasi goreng semalam suntuk’. Tempat ini merupakan kumpulan beberapa penjual nasi goreng di Jalan Pandu, yang sebenarnya rasa antar penjual gak terlalu jauh berbeza. Buat saya pribadi, rasa nasi goreng di sini gak begitu spesial. Ada rasa rempahnya sedikit, tapi gak gurih. Jadi kalau makan di sini saya selalu minta telur ceplok setengah matang untuk dipecahkan lalu dibalurkan ke nasi dan kata teman saya yang asli sini, memang begitu cara makan Nasi Goreng Pandu hahaha. Rasanya memang jadi lebih ciamik apalagi kalau dikunyah bareng semur dagingnya. Kuning telur memang hebat.
Nasi Goreng Pandu yang khas dengan semur daging berwarna merah
Lalu apa istimewanya tempat ini? Saya rasa ambience-nya. Tempat ini asyik buat nongkrong ramai-ramai karena kapasitasnya besar juga nuansanya hidup tapi bukan yang bising sekali. Khas anak nongkrong kaki lima gicudeh.
🚩 Jl. Pandu. Ps. Baru, yang oren oren pokoknya wkwk
🕢 18.00 – 03.00 WIB
💰 Rp15ribu per porsi
💡 Minta nasi gorengnya pedas saja biar makin lezat
👌 Makan malam
6. Sop Sipirok
Sejak kecil, saya sudah diperkenalkan dengan kegiatan sedot menyedot sum sum oleh bapak saya. Dan pas coba sum sum kerbau di Sop Sipirok, saya tahu ini gak sembarangan. ITU SUM SUM KERBAU DISEDOT innalillahi Ya Tuhankuuu, enak banget! Pantas saja dia legendaris bahkan jadi salah satu kudapan saat perhelatan the never ending wedding days of Bobby-Kahiyang. Tulang iga besar ditaruh mangkuk dengan kuah kaldu sapi, lalu diberi sedotan untuk menghisap lemak-lemak yang ada di sum-sumnya. Epik banget rasanya. Sumsum lembut dengan aroma anyir lemak, disruput panas-panas wah, waaah, gak ngerti lagi.
🚩 Jl. Sunggal No. 14, Sei Sikambing
🕖 10.00 -15.00 WIB
💰 Monmaap ogut lupa, waktu itu dibayarin~
💡 Makan sop dagingnya pakai sambal ijo yah
💡 Depan rumah makan ada yang jual es kelapa pakai jeruk, enak itu!
👌 Makan siang
Aneka Soto
7. Soto Kesawan
Terletak di Jalan Ahmad Yani 116, Soto Kesawan adalah soto butek yang dengan isian daging dan udang. Kuahnya menggunakan santan dan aneka rempah, sehingga menciptakan rasa bukan hanya gurih, tapi lezat, ringan, dan menyegarkan. Apalagi ketika ditambahi sambal khas soto medan yaitu ulegan cabai rawit yang dicampur kecap dan bawang goreng, waahh mewah betul! Metul!
Kelezatan Soto Kesawan sudah menggaung ke mana-mana, bahkan konon Pak SBY juga pernah makan di sini —terus pusing gak, Pak? Yang membuat tempat ini makin spesial adalah suasana restoran yang klasik, kuno, dan sederhana. Si ibu yang melayani memang agak jutek, tapi yasutralah wkwk. Oh iya kalau makan di sini, kita bisa lihat pengunjung lain yang kebanyakan orang tua, jadi saya yakin memang soto ini sudah enak dari dulu.
🚩 Jalan Ahmad Yani, Kesawan, depan Tjong A Fie mansion (map)
🕢 08.00 – 14.00 WIB (Minggu tutup)
💰 Rp25ribu (termasuk nasi)
💡 Suasana tempatnya memang nyaman, tapi jangan di buat nongkrong karena kapasitasnya terbatas jadi biar bisa gantian
👌 Sarapan atau makan siang
8. Soto H. Anwar Sulaiman
Soto H. Anwar adalah tempat langganan saya untuk sarapan dan sampai sekarang rasanya masih konsisten. Berbeda dengan soto medan pada umumnya, kuah soto H. Anwar gak pakai santan dan cenderung bening (meski gak bening-bening amat). Kuahnya lembut dan gurih, ditambah sambal cabai hijau dengan kecap wah makin nikmat. Isian soto bisa kombinasi atau satu jenis, misalnya mau paru semua bisa, mau dicampur babat juga bisa. Yang saya suka adalah paru di sini digoreng setengah garing sehingga pas dicampur di kuah soto jadi kenyal-kenyal gimana gitu.
Soto H. Anwar Sulaiman yang sangat ku cinta
🚩 Jalan Brigjen Katamso No. 43, ada di deretan ruko-ruko (satu deretan sama Istana Maimun)
🕢 07.00 – 10.00 WIB
💰 Rp18ribu
💡 Makan pakai emping dan plis cobain isian parunya yah
👌 Sarapan
9. Soto Sinar Pagi
Kembali lagi ke soto kuah santan, Soto Sinar Pagi adalah salah satu primadona dan sepertinya semua orang yang berkunjung ke Medan setidaknya pasti direkomendasi untuk makan di Rumah Makan Sinar Pagi ini. Soto dengan kuah kental berwarna kuning kehijauan ini memiliki rasa gurih yang sedikit berbeda dengan soto lainnya karena ia menggunakan jinten. Rasanya segar, kaya rempah, dan kalau dimakan bersama nasi panas, paru, dan sambalnya, seketika tubuh mengeluarkan asap dan seolah terlahir kembali, ciye~
Soto Sinar Pagi hampir selalu ramai apalagi saat weekend. Datanglah lebih pagi agar gak makan sambil dipelototin orang yang antre menunggu. Btw kalau ke sini, biasanya di meja disajikan jajan-jajan, salah satu yang saya suka adalah agar-agarnya. Kayaknya memang cocok makan agar-agar setelah soto, beneran pencuci mulut yang bikin bersih.
Soto Sinar Pagi
🚩 Jln. Sei Deli No. 2D, Silalas
🕖 07.00 – 15.00 WIB
💰 Rp25ribu (termasuk nasi)
💡 Bukan tempat yang kondusif untuk makan dengan tenang dan damai amitaba~
👌 Sarapan
10. Soto Pak Lebot
Beruntunglah para umat-umat pembaca karena sekarang kalian tahu salah satu soto legendaris yang hanya diketahui oleh orang Medan asli. Saya diajak oleh teman kami yang asli Medan dan dia bilang, soto ini gak terkenal tapi selalu di hati orang Medan. Another soto santan yang kaya rempah, yang telah melayani perut-perut pecinta soto Medan selama belasan tahun. Soto Pak Lebot.
Soto ini menggunakan kuah santan pekat namun bedanya dengan soto santan lain adalah rasa kuah Pak Lebot lebih creamy. Kata Mama saya, kalau soto kuah santan itu rasanya creamy dan gurih, bearti dia pakai perasan pertama (gitu bukan sih gengs?). Aroma dan gurih rempahnya kuat namun saat disruput, rasanya lembuuut sekali. Jadi makan daging sapi dengan kuah santan dan lembut, sensasinya seperti kena angin sepoi-sepoi.
🚩 Jln. Laksana No. 14
🕢 08.00 – 15.00 WIB
💰 Rp18ribu (belum sama nasi)
💡 Makanlah selagi panas, sruput dulu sambil merem~
👌 Sarapan
Sate Padang
11. Sate Padang H. Amiruddin
Kamu pernah gak makan sesuatu yang kamu suka banget, setiap hari dengan menu yang sama, lalu sampai dititik kamu eneg dan gak mau makan lagi? Pernah? Nah ini terjadi juga antara saya dan Sate Padang. H. Amiruddin. Satenya memang dahsyat betul. Potongan daging besar, empuk, dan kuah kentalnya fenomenal sekali, membuat saya selama 4 hari makan sate ini tiap sore. Pesanannya sama: lidah sapi. Sesekali ada usus dan jantung, tapi mayoritas lidah. Setelah itu saya gak lagi makan sate padang selama 2 tahun wkwk.
Saat balik ke Medan lagi, saya pasti menyempatkan makan sate padang H. Amiruddin. Sekarang lokasinya nambah, di daerah Kesawan juga ada, jadi lumayan lebih dekat dari pusat kota. Rasa satenya gak berubah, ukuran dagingnya juga tetap besar, gak salah memang kalau dia mencuri hati saya sejak bertahun-tahun silam. Percayalah, makan sate padang H. Amiruddin hanya akan bikin kamu merasa puas dan senang.
Yang saya suka lagi adalah, ketika makan yang lidah, teksturnya padat di luar dan lembut di dalam. Bukan yang langsung lembut kayak kapas dan saya jujur suka banget tekstur seperti ini. Lidahnya gurih pas dikunyah sambil sruput kuah kentalnya yang sedap. Kombinasinya ciamik. Enak.
Sate lidah dengan potongan besar
Sate padang dan teman-temannya
🚩 Ada 3 cabang: Jl. Sutrisno, Kesawan, dan satu lagi apa ya lupa
🕐 11.00 – 24.00 WIB
💰 Rp35ribu untuk 5 tusuk + lontong, atau 7 tusuk satenya saja
💡 Cobain kripik balado atau krupuk kulit nya dimakan pakai kuah sate!
👌 Cemilan sore~
Aneka Mie
12. Mie Balap Jalan Wahidin
Mie balap ini bukan masak sambil adu lari yah melainkan masaknya cepat dengan memasukan bahan-bahan sekaligus biar makin cepat, jadi seolah balapan. Padahal mah ya emang cepat sih. Memangnya ada yang masak mie goreng pelan-pelan?
Ada banyak tempat yang jual mie balap, tapi yang membekas di hati saya ada di Jalan Wahidin. Ada dua tempat yaitu Mie Balap di simpang Jalan Gajah dan Mie Balap Bang Udin (beda beberapa meter ke depan). Kedua tempat menjual mie balap seafood dengan kuah pedas yang khas. Untuk yang di simpang Jalan Gajah Mada, kokinya semua laki-laki dan jualannya di atas gerobak. Mie digoreng di atas kuali dengan tungku kayu bakar. Biasanya mereka sudah masak dalam jumlah banyak jadi tinggal cyduq saja.
Gak jauh berbeza, Mie Balap Bang Udin juga menjual mie balap enak namun semua kokinya adalah ibu-ibu. Memasak juga dalam jumlah banyak tapi gak sebanyak koki laki-laki. Tempat makan yang Bang Udin lebih humanis ketimbang simpang Gajah Mada karena gak berada diatas comberan wkwk.
![Kuliner Medan: Mi Balap](https://3.bp.blogspot.com/-Xe-1AuC6RNw/W9xpkrfXJ5I/AAAAAAABgE0/H3L2l1aXC04gZFZ1wG7vN-VjNbfpfuG8ACLcBGAs/s1600/1170859-02.jpeg)
Minya bisa kwetiau bisa mi bihun, tapi memang lebih enak yang kwetiau sih~
🚩 Jalan Wahidin
🕢 07.00 – 14.00 WIB
💰 Rp15ribu per porsi
💡 Saya lebih suka yang di simpang Gajah Mada karena udangnya besar dan bakso ikannya banyak wkwk
💡 Makan lah saat masih kebul-kebul
💡 Kuah pedas dicampur rata yha
👌 Sarapan
13. Mie Ayam Jamur H. Mahmud S.
Satu-satunya mie ayam jamur yang saya coba di Medan adalah milik H. Mahmud S. Mahmud ini bukan mamah muda ya, monmaap. Menu andalannya ada tiga yaitu mie ayam jamur spesial, mie ayam biasa, dan mie ayam pangsit. Semua menggunakan bumbu yang sama hanya beda topping, mienya pun buatan sendiri, sehingga satu mangkuk memang spesial sekali.
Buat saya mie ini memiliki cita rasa unik. Kuahnya kaya rempah meski tetap berkiblat pada rasa manis. Saya suka mienya kenyal sekali, cocok dengan kuahnya yang kental. Kalau kamu mau coba makanan lain, di sini menyediakan variasi beragam seperti ada capcay, bakso, aneka olahan ayam, cumi goreng tepung, dan sebagainya.
🚩 Ada 4 cabang: Jl. Abdullah Lubis (depan mesjid Al-Jihad)—I ate here, Carrefour Komplek Citra Garden, Carrefour Plaza Medan Fair, dan Amaliun Foodcourt
🕢 08.00 – 24.00 WIB
💰 Rp15ribu – Rp20ribu per porsi
💡 Pangsitnya dicobain yha
👌 Makan sore~
14. Mie Aceh Titi Bobrok
“Bang, aku gak suka Mie Aceh Titi Bobrok ini, hambar kali dia”, protes saya. “Loh yang benar mie aceh ya begitu gimana kau ini, yang lain-lain lah itu apa, salah itu!”, jelas Bang Torang, teman Medan saya. Begitu lah saudaraqu. Cari review yang lain yah, supaya lebih objektif. Untuk Titi Bobrok saya gak bisa cerita banyak wkwk. Lanjoooottt~~
15. Mie Instan di Kantin Kantor Wilayah BRI Medan
LHO KOK MIE INSTAN MASUK LIST? Weits, tenang bepqu, memang mie instan mau diapakan juga sudah pasti enak. Tapi yang di kantin kantor BRI ini spesial karena kuahnya pakai kaldu udang dan gurihnya pas betul. Kuahnya jadi agak nyemek butek dan kalau bercampur mecin-mecin mie instan, apalagi yang bisa saya bilang kalau makanan ini memang titisan dari surga?
🚩 Kanwil BRI Medan, Jl. Medan Putri Hijau
🕖 08.00 – 16.30 WIB
💰 Rp10ribu sudah sama telur
💡 Bisa bayar pakai Brizzi lho~
👌 Sarapan. Da bezt!
16. Mie Ayam Mas Panjang Polonia
Mie ayam Jawa yang disukai oleh orang Medan, karena rekomendasi makanan ini keluar dari orang asli Medan yang berbadan sekuriti tapi hati Hello Kitty wkwk. Mas Panjang beserta seluruh antek-anteknya adalah orang Jawa, pun penjual lainnya seperti rujak, ayam penyet, dan pecel lele juga orang Jawa. Gak heran rasa mie didominasi oleh rasa manis. Tapi ada yang menarique, manisnya bukan yang khas kecap gitu tapi ada aroma karinya sedikit, jadi memang berbeza ya.
Kuahnya kental dan semurnya juga gurih. Mienya gak mengandung pengawet dan sajiannya selalu buanyak, you pasti kenyang deh. Karena lokasinya yang agak minggir dari pusat kota, saya biasa menghabiskan waktu sarapan agak panjang sambil kongkow. Ada beberapa cemilan yang bisa kamu nikmati seperti tahu bakso, sate ayam, sate usus, atau puding telur (half boiled egg versi orang Medan wkwk).
Sarapan mie ayam~
🚩Jl. Perhubungan Udara, Suka Damai, Medan Polonia
🕖 07.00 – 18.00 WIB
💰 Rp15ribu untuk mienya saja dapat bakso kecil 2
💡 Cobain puding telur dan rujaknya ya gengs
👌 Sarapan. Da bezt!
—
Sudah ngos-ngosan belum bacanya? Masih ada banyak yang belum saya tulis dan banyak rekomendasi yang belum saya coba. Pesona kuliner Medan memang gak ada matinya. Dan sekarang saya butuh bantuan teman-teman pembaca sekalian untuk memberikan rekomendasi kuliner Medan, karena awal tahun depan saya akan ke sana lagi.
14 Comments. Leave new
waaa, sebagai anak medan aku malu. belum coba semua makanan di list di atas.
tambahan : mie ayam akong acim, lontong medan kak umi, sate padang afrizal amir, mie rebus jalan pagaruyung, ya Allahhh~
Wah gila ada list tambahan! Aku siap balik main lagi ke Medan kalo gitu :)))
Wah….😀 jadi kpn yak saya bisa jalan2 kulineran di Medan😁
Jd tmabh pengen ke sana. Hahaha
Bnyak yg blg kiliner di sana enak enak.
Bahkan nyokap balik jkt dr sana naik 10 kg sebulan XD
Yakinlah, makanan enak enak di Medan akan segera Mbak Rita cicip 😀 Kalo udah cicip, tulis di blog yaa
Banyak banget Mbak! Temen saya juga naik tuh 10 kilo hahaha, soalnya makanannya berlemak dan nagih nagih semua 😀
Aku tambahin vote rekomendasi utk Nasi Goreng Komdak dan Soto Sinar Pagi. Never leave Medan without trying them! Kalau minuman, buat penggemar kopi, harus coba Kopi Kok Tong. Thank you for sharing!
Ah iyaaa Kopi Kok Tong aku tau tuuh! Lupa balik lagi pas ke sana wkwk. Makasih ya sudah diingetin. Sebenarnya ada satu lagi yang aku mau cerita tapi lupa nama tempatnya, yaitu sop kambing di daerah Kesawan. Yang jual kokoh Cina yang sudah tua. Jualnya hanya malam hari. Lupa sekali namanya apa~~
Favoritkuuuu sekali tulisan iniiii :D. Kuliner medan akan slalu di hati. Ga akan pernah bosaaaan :D. Kmrn 2 minggu di medan, aku dtgin tempat yg blm pernah. Kayak sop lembu kenari, sate padang waspada, nasi gurih bang iwan, nasi gurih mba sri, dan dia jual mie balap juga yg uenaaaaakkk 🙂 duuuh aku nagih. Trus ada sate kacang di pasar rame, yg pas liat tempatnya aku lgs bilang ke adekku, "bungkus, jgn makan di tempat. " krn lokasi sktr jorok dan depan2an ama wc umum wkwkwkwkwk.
Tp yg bli antriiiiii. Akhirnya bungkus deh. Ga nyeseeel :D.
Cm aku ga sempet nyobain makanan khas sidempuan. Kata adekku enak. Kalo mau coba makanan khas sibolga di medan ada juga tuh. Tobh rasanya, dan murah kebangetan :D. Terlalu banyaklah yg hrs dicoba di medan. Bihun kari tabona, nihun bebek kumanggo, itu juga wjib coba 🙂
Btw, aku setuju, mie aceh titie bobrok ga enak wkwkwkwk. Masalahnya aku pernah 18 thn di aceh, dan rasa mie aceh yg asli sana, jauuuuuuh lbh enak 🙂
eh iya, mie titi bobrok itu kurang Aceh rasanya. tapi kenapa bisa terkenal banget di Medan ya? apa nggak ada mie aceh yang lebih enak dan lebih Aceh dari itu? hihhihi
Iya itu yang kamu posting di Instagram aku save semua, Mba hahaha. Semuanya belom pernah aku coba dan penasaran bangeeett aaakkk mau balik ke Medaaannn!!
Sama, aku juga makan mie aceh pas di Aceh, enak banget! Rasanya strong dan cukanya khas banget ternyata. Titi Bobrok ini kayak kurang bumbu entah kenapa wkwk~~
Aku pun heran, Mba Dita. Orang Medan malah bilang ini rasa mie aceh yang beneran ya kayak gini, padahal mereka orang asli medan, bukan asli aceh hahahaha. Tapi rame banget memang, jadi mungkin selera orang medan terhadap mie aceh ya yang begini…
Aku juga pernah tinggal di Medan sampai empat tahun. *terus kenapa Mas? Wkwkwkwk.
Haduuh, baca tulisan ini jadi kaya ikut nge-reminisce pengelaman sendiri. Dan beberapa kulineran favoritku ikut mejeng di postingan rasanya langsung, "Ah iya! Ini!" Apalagi kalau bukan Soto Kesawan! Haduh, Soto Medan emang juara, dan Soto Kesawan ini juaranya juara. Hahahaha.
Ada satu lagi soto favorit saya yang menurut saya lebih nikmat dari pada Sinar Pagi yang kelewat ramai: Soto Glugur.
Dan yang kedua, Indomieee! Nggak aku bilang Mie Instan, karena emang paling enak tetep Indomie dan jadi agak kurang ketika diganti merk lain. Favorit saya: Indomie Kak Mawar. Mana tuh? Kurang lebih sama sih, di kantin Pemadam Kebakaran Pelabuhan Belawan. Justru itu menurutku paling enaak, kuahnya kentel, potongan cabenya pas, bumbunya sedep. Baru deh favorit nomer dua Indomie Agam Multatuli.
Nambahin lagi aah. Yang enak enak lagi di Medan dan belum disebutin: Kari Kambing! Favorit saya: Di Pasar III Jalan Krakatau. Itu berderet sop/kari kambing. Yang terkenal punya Pak Yusuf, tapi beda orang beda selera. Aku sendiri lebih demen yang sebelahnya: Pak Ramli.
ASLI LIST TAMBAHANNYA CAKEP CAKEP BANGET! Keknya perlu hunting Indomie di aneka kantin deh, enak banget mereka buatnya. Gak tempe kenapa bisa seniat itu yha! Kari kambing Pak Yusuf sounds familiar, kayaknya pernah makan atau pernah dibawain agak lupa, but worth to balik lagi.
Tengkyu so so so so much informasinya Mas Bardiq, kami nanti main Medan lagi icip makanan rekomennya.