Namaku Anjing. Seekor anjing liar yang dipelihara dengan terpaksa oleh ibu-ibu gendut berambut pendek keriting. Seperti anjing-anjing liar yang lain, aku dekil, bulu ijuk kasar dengan warna coklat muda yang buruk sekali. Tapi aku ganteng. Di Pagar Alam aku termasuk anjing yang disegani. Banyak anjing-anjing betina menyukaiku, bahkan mereka selalu mengedipkan matanya ketika aku lewat. Tapi aku udah bertekad hanya akan kawin dengan anjing pudel. Maaf saja.
Di desaku sedang kedatangan anak-anak muda dari Jogja. (Aku ga tau itu ada dimana tapi cara mereka mengatakan “Jogja” aneh sekali, J-nya seperti ditekan, jadi kedengerannya kaya susah gitu). Mereka katanya mau KKN, mau bikin kamar mandi, bikin selai, penyuluhan, entahlah. Kegiatan manusia, dari manusia, oleh manusia, dan untuk manusia. Selalu begitu. Aku dari dulu selalu ingin dapet KKN, misalnya ada pemandian gratis untuk anjing, atau suntik vaksin biar aku ga gampang masuk angin, atau pembersihan kutu, atau potong kuku, atau penyuluhan tentang kejantanan deh. Anjing-anjing disini emang keliatan garang, tapi kalo udah urusan sama kejantanan, mereka kami lembek.
Suatu malam aku sedang asik jalan-jalan sendiri, lalu aku melihat sepasang anak KKN lagi jalan pulang. Mereka bercanda khas manusia, dan si pria memanggil si wanita dengan “sayang”. Kalo aku tau dari sinetron, itu berarti mereka pacaran. Hmm, cocok sih sedikit. Yang wanita manis, rambutnya pendek, agak gendut, berkaca mata, dan digiginya ada benda aneh menempel. Kalo yang pria hitam kulitnya, hidungnya besar, rambutnya keriting jelek sekali. Mereka lewat dengan riang, si wanita menyapaku dengan petikan jari dan sapaan “hei anjing jelek, ngapain sini sini”, si pria hanya melihat sambil tertawa. Hhh, dipanggil hanya untuk formalitas karena mereka melintas didepanku. Lagian kenapa ia harus bilang aku jelek sih? Kan mereka tamu jadi seharusnya mereka menghormatiku yang tuan rumah! Mereka berlalu di tikungan terakhir dan aku mulai menikmati malamku yang sejuk. Dasar manusia muda.
Setiap hari dua orang itu lewat didepanku, begitu juga orang lain yang tinggal satu rumah sama mereka. Ya wajar sih karena rumahku deket mereka dan melewatinya ketika mereka keluar udah valid sejuta persen. Aku suka melihat mereka, wajahnya berbeda-beda dan bentuknya juga suka berubah setiap hari. (Kalian paham kan, anjing itu wajahnya nyaris serupa semua. Yang membedakan hanya ras dan bulunya. Kadang aku bisa sangat mirip dengan anjing bangsawan, bedanya hanya di kebersihan. Tapi muka kami ya ampun, mirip semua).
Suatu pagi aku bangun lebih cepat dari anak-anak KKN itu. Bepergian ke masing-masing tempat mereka menginap, melihat kelompok mana yang bisa bangun paling cepat, yang paling rajin mandi pagi, dan rajin jalan-jalan pagi (baca: semuanya mendapat nilai yang buruk). Kemudian aku duduk di depan tempat tinggal pasangan muda yang waktu itu, yang rumahnya deket sama rumahku. Aku mendengar tawa yang banyak sekali. Masa iya mereka berpesta sepagi ini? Kalo bukan pesta, kenapa mereka berisik sekali? Hey, manusia itu mudah sekali ya merasa senang. Mereka bisa menciptakan banyak kesenangan bahkan yang menurutku ga penting bisa jadi bikin mereka senang. Salah satunya ya aktivitas pagi ini. Mereka hanya sarapan tapi kenapa senang sekali?
Kemudian aku seketika berdiri dari dudukku yang sopan ketika melihat mereka menuruni tangga. Si pria keriting membawa tas, lalu seorang pria berkacamata juga bawa tapi lebih kecil, dan si wanita bergigi aneh mengenakkan jaket yang besar sekali. Mereka masih tertawa. Apa yang mereka tertawakan? Aku? Loh hari ini si wanita tidak menjetikkan jarinya ke arah ku. Dia sedang tersenyum lepas dan matanya kadang menatap kosong. Lalu aku mengikuti mereka dari belakang. Si pasangan itu berjalan di belakang, saling senyum dan bergandengan. Aku tidak pernah melihat mereka bergandengan. Bahkan kali ini hanya muncul sepersekian detik. Kenapa mereka tidak suka bergandengan tangan? Temanku bernama Anjing pernah mencoba menggandeng tangan istrinya. Tapi seketika itu juga dia terlihat bodoh karena jalannya jadi terpingkal-pingkal. Apa mereka juga takut terlihat bodoh?
Mereka berkumpul di depan rumah yang ada kain hijau terbentang panjang. Seseorang berteriak, kemudian semakin banyak manusia yang keluar, mendatangi rombongan yang tadi dan saling tertawa. Sampai sekarang aku ga ngerti apa yang mereka tertawakan. Aku? Tidak mungkin, aku kan sembunyi di balik tiang kayu. Tawa mereka semakin lepas lagi. Apa sih yang mereka tertawakan sampe bisa sesenang itu? Kenapa juga mereka harus tertawa sebesar itu? Ini kan masih pagi?
Semua mata tertuju pada si pria keriting. Semua omongan di lempar ke arahnya. Semua tawa dipersembahkan untuknya. Si perempuan hanya tersenyum. Kenapa dia tidak ikut tertawa lepas? Banyak yang menitipkan baju ke si keriting, banyak yang menepuk pundaknya, yang mempersembahkan segala kesenangan, si keriting terlihat senang tapi matanya sedikit berkaca-kaca. Ada apa sih ini? Kenapa semua aktivitas manusia ini begitu aneh? Ada yang bertepuk tangan, ada yang terdiam sambil senyum dan matanya berbinar, ada yang tertawa tapi badannya diam mematung, semua beraktivitas untuk sesuatu. Untuk apa? Bukan kah itu berlebihan? Apa kah juga berlebihan ketika aku tiba-tiba ikut merasa gembira setelah melihat mereka?
Sebuah mobil bagus datang, mobil ini jarang sekali terlihat disekitar sini, mobil siapa? Si keriting memasukan semua tas warna hitam berbeda ukuran ke dalamnya. Kemudian dia menyalami semua orang. Ke orang tua dia mencium tangan, ke yang lain dia hanya bersalaman dan beberapa menepuk pundaknya dengan semangat, lalu si gigi aneh mencium tangan si keriting dan senyum-senyum, dan semua lagi-lagi berteriak semangat. Semua terlihat senang. Beberapa saat kemudian si keriting duduk di dalam mobil, dia berpamitan! Oh. Dia akan pergi ke suatu tempat ternyata! Semua melambaikan tangan. Mengucapkan “dadaaah” secara kolektif, seperti suara burung datang di pagi hari. Dan mobil itu berlalu pergi.
Ada kata-kata yang tertuju ke si gigi aneh. Dia tertawa sambil menatap langit, padahal di langit tidak ada manusia. Jadi manusia bisa tertawa tanpa perlu manusia lain ya? Boleh juga. Kemudian orang-orang itu kembali ke rumahnya masing-masing. Ini toh yang namanya perpisahan a la manusia? Begitu banyak ekspresi. Sebagai anjing, sebagai binatang, wajahku ga bisa banyak berbentuk. Hanya begitu aja ekspresinya. Kalo aku seneng, biasanya aku akan loncat-loncat dan berteriak banyak hal. Kalo lagi marah, bibirku akan naik ke atas sedikit dan mengerang, aku ga bisa tertawa atau senyum. Terbatas lah pokoknya.
Mereka lewat di depan ku. Si gigi aneh tersenyum dan tertawa kecil. Dia ditinggal pergi dengan kekasihnya si keriting, entah kemana aku tidak tau. Tapi kalo dia tersenyum, berarti si keriting pergi ke tempat yang baik dan akan segera kembali bukan? Berarti akan ada kabar-kabar yang menarik untuk membunuh rasa rindu diantara mereka kan?
Aku tidak pernah tau seberapa penting arti anjing lain bagiku, kecuali ia bisa membagi makan siangnya pada ku, meneruskan keturunanku, mendukungku ketika ada penyerangan. Manusia selalu menganggap hubungan antar manusia itu penting dan berharga. Mereka seolah akan sangat terpuruk ketika hanya sendirian. Mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa berinteraksi dengan manusia lainnya. Peran sesama manusia saling dipahami dan di beri arti. Semua detail kemanusiaan begitu banyak, merepotkan, tapi kenapa semua itu ga pernah punah? Aku rasa karena pertumbuhan manusia terus menerus tidak pernah berhenti, mereka tidak punya kesempatan untuk menikmati hidup mereka tanpa orang lain. Aku? Selama ada ayam atau bebek, aku bisa hidup meskipun hanya aku satu-satunya anjing di muka bumi.
Si gigi aneh di rangkul oleh temannya yang melucu, sepertinya mereka-mereka ini manusia-manusia baik yang saling menghargai manusia lainnya. Lihat saja, mereka berbagi tawa, semangat, dan kata-kata baik. Mereka lalu kembali pulang ke rumah. Aku duduk dengan sopan di depan rumah mereka, menanti mendengar ‘pesta’ yang setiap saat mereka ciptakan. Kemudian aku akan menciptakan ‘pesta’ku sendiri nanti malam, dengan ekspresi yang hanya akan dimengerti oleh sesama kami saja.
2 Comments. Leave new
love this, Tin!:D
makasi ka hami 🙂