Musim panas entah pergi kemana.
Kini jaket tebal mengantarku menjemputmu di taman kota.
Rakun nakal yang entah datang dari mana mencari makan
di tempat biasa kita menatap langit.
Aku tidak akan bilang aku merasa terganggu.
Karena rakun tidak akan pernah mencela aku yang bodoh.
Ia tidak akan meneriakiku dengan kata-kata
karena aku tidak bisa mendengar.
Entah apa yang dilakukan dewa langit disana.
Semua malam selalu terasa sepi.
Semua keributan selalu terasa seperti sirkus.
Berkutat dengan kesenangan.
Menari.
Menari.
Berputar.
Tanpa pernah mendengar ada musik yang cacat.
Tapi tenang, aku tidak akan berkata apa-apa.
Karena memang aku tidak mendengar apa-apa.
Aku hanya suka dengan langit.
Dengan jutaan gugusan bintang.
Dengan angin tanpa suara.
3 Comments. Leave new
love
apik..apik..
aku baca lagi yang ini, tin. dan (jadi) suka lagi