“…The truth is that marriage at the start is an empty box. You must put something in before you can take anything out. There is no love in marriage. Love is in people. And people put love in marriage. There is no romance in marriage. You have to infuse it into your marriage. A couple must learn the art and form the habit of giving, loving, serving, praising, keeping the box full. If you take out more than you put in, the box will be empty.”
Dibarengi dengan ucapan good luck, seorang teman mengirimkan chat berisikan gambar bertulis paragraf diatas sehari sebelum saya di lamar. Ya, lamaran.
Engagement.
Mas Gepeng (oke ini nama alias, nama asli dirahasiakan) adalah orang yang saya kenal sejak 6 tahun yang lalu. Mulai berpacaran 4 bulan lalu, tidak ada hambatan untuk kami akhirnya memutuskan untuk menikah tahun depan. Cepat sekali seperti kilat lampu yang pecah.
Sampai saat ini, saya begitu tenang sampai bingung sendiri. Apa dunia kehidupan rumah tangga tidak seseram melihat adegan bunuh-bunuhan di film The Raid 2 sehingga membuat saya tidak memalingkan wajah sama sekali? (Iya, saya nonton The Raid cuman inget bagian Iko Uwais disuruh buka baju sama celana soalnya bagian itu aja saya yang ga tutup mata). Rasanya saya ga sabar! Rasanya saya selalu menantikan ini and this is about to happen!
Menjadi seorang istri merupakan tanggung jawab besar, dan butuh komitmen yang ga main-main. Dari komitmen untuk bekerja lebih giat agar tabungan bisa tambah gemuk, komitmen untuk selalu siap sedia melayani suami dengan masak makanan enak dan sehat, sampai komitmen untuk siap memangkas nafsu belanja demi kulkas, mesin cuci, dan peralatan dapur KrisChef. Selain barang-barang komplementer, seorang istri juga harus siap tahan capek kalo liat suami lebih capek, bahkan harus mulai mengasah skill pijit dari pijit sehat sampe pijit, ehem, erotis. Siap juga buat ngabisin weekend di depan TV sambil nyetrika dan nonton infotainment. But honestly, I’m super excited about that. Really. Emang masih belum kejadian sih dan bisa aja kalian bilang ‘ga bakal seindah yang lo bayangin keleuuuuss’. Tapi saya siap. Mungkin itu yang membuat saya tenang. Karena saya siap dan saya percaya Mas Gepeng is the best companion of all. Jalannya emang ga mudah. Musuh terbesar untuk berubah adalah diri sendiri dan diri-saya-sendiri ini adalah orang egois, kampret, nyebelin, nyusahin, dan ngeselin. Hahahaha. Perang sama diri sendiri untuk hal yang selalu saya inginkan? Hellyeah!
Jadi sepertinya ‘kotak’ saya akan penuh. Saya ingin memasukan banyak hal dari kami berdua, banyak sekali. Mulai dari hal-hal klise semacam cinta, kasih sayang, perhatian, pengertian, hal-hal mengenyangkan seperti piknik, makan steak, jajan kerak telor, main ke kebun binatang, dan kemudian hal-hal mistis seperti sex, kamasutra, doggy style, Mr. Happy, Ms. Cheerful, tambah juga hal-hal penting seperti membersihkan peperan upil, mencuci celana dalam suami, dan kecup kening sebelum tidur, sampai hal-hal menyenangkan seperti bertengkar memilih warna taplak meja makan, memandang sinis karena uang belanja ga sisa buat beli sepatu Wakai, ngedumel karena masak rendang ga bisa empuk, dan segala hal lain yang bahkan saya tidak bisa bayangkan betapa semua itulah hal yang selalu membuat saya bahagia.
much love,
2 Comments. Leave new
SELAMAT UTIIIIIINNNNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
maaci om jin