Rencana kami menikah dikumandangkan di bulan pertama kita pacaran, tepatnya dua minggu pertama. Mengejutkan? YES! Dan kalian tau, itu semua terjadi seperti memang sudah seharusnya. Saat kami komitmen untuk berhubungan yang lebih serius, jalan yang ada di depan mata hanya satu: menikah. Bukan pilihan, tapi lebih ke kemauan kayak, “oke abis ini nikah”, seperti itu. Kenapa bisa secepat itu? Saya di pelet atau kena susuk?
Enam tahun yang lalu, langkah pertama saya di sebuah organisasi pecinta alam menjadi titik awal kami bertemu. Main arung jeram, Mas Gepeng adalah senior saya di kampus dan organisasi itu. Kami nyambung, berteman, dan seterusnya. Hubungan kami semakin dekat tahun ke tahun. Semakin dekat sampai tidak sadar, kami sudah ada di enam tahun berikutnya dalam kondisi saling jatuh cinta (ceileeeehh..). Kehadirannya mengisi hidup saya sejak lama, banyak hal yang dipengaruhinya namun saya tidak sadar telah menempatkannya sebagai prioritas.
So I’m dating with my priority-friend! How lucky I am 🙂
Orang ini lah tempat sampah paling setia dan logis ketika saya lagi ada masalah (dari kuliah, pertemanan, percintaan, dan sebagainya), orang ini lah pembuka pikiran dan melepaskan saya dari jerat ketololan permanen, orang ini lah yang memperkenalkan saya pada the real medium rare steak, orang ini lah yang pertama kali jajanin saya sushi, orang ini lah yang menemani saya nonton konser Maliq and The Essentials dan WSATCC dan The SIGIT, orang ini lah yang pertama kali saya hubungi ketika ada om-om ganjen godain saya, orang ini lah yang menemani saya jalan-jalan ke Toraja dan pelorotin celana saya pas lagi snorkeling, orang ini lah yang namanya sering di dengar Bapak dan Mama tapi belum pernah mereka temui, orang ini lah yang beliin saya hadiah ulang tahun lipstik Shiseido (pas masih jadi temen), orang ini lah yang mewujudkan mimpi untuk FOTO SAMA JOHN NAVID “WSATCC”!, orang ini lah yang pertama kali jajanin dimsum all you can eat, orang ini lah yang selalu memberi pertimbangan berarti terhadap segala ragu yang semu tak saya pahami, orang ini lah yang selalu menyediakan telinga untuk mendengar saya menangis dan bahu untuk menyembunyikannya, orang ini lah yang menemani saya jogging pertama kali di car free day Sudirman, orang ini lah yang ketika lagi deketin cewek selalu mendengarkan pendapat saya (and oftenly I rejected all the girls), orang ini lah yang tidak pernah marah, orang ini lah yang selalu bicara baik, orang ini lah yang menjadi segala-galanya sekarang, orang ini lah rejeki Tuhan untuk saya, orang ini lah jawaban dari segala doa yang panjang, orang ini lah sumber tawa tiap mood swing, orang ini lah, pilihan saya.
Sebulan setelah jadian, Mas Gepeng nembung Bapak agar memberikan ijin anak bungsunya untuk dinikahi. Lampu hijau terang menderang dari Bapak, kemudian akhirnya lamaran dilakukan setelah lebaran. Sampai saya menulis ini, persiapan pernikahan (and also the married life) sedang kami lakukan. So, it wasn’t a shortcut, it wasn’t a hocus pocus, it was real a looooong journey of God’s magic.
Kalo kalian pernah baca beberapa tulisan di blog ini yang kayanya desperate parah itu, well, I said it was one of my lowest point ever in life. You know, too young, too dumb, (super extra) broken heart, still on management trainee program, away from home, what would be better? Thought it was the last time I could fall in love, thought my life like so scary so gloomy and other bad-so. Tapi disana berdiri mereka, belasan sahabat baik dan seseorang bernama Mas Gepeng. Tuhan mendampingi masa pemulihan saya lewat mereka semua, sumber tawa sumber kebahagiaan saya kala itu. Proses pendewasaan itu nyata adanya. Dan ini semua semakin lama semakin nyata.
Ternyata datang juga. Saya diberikan cinta yang sangat banyak dan sangat serius. Ada rejeki, kesehatan, kebebasan, petualangan, kesenangan, sandungan-sandungan untuk mengingatkan agar tidak terbuai lambungan, oh Tuhan ajaib sekali! Jadi, ini bukan tentang pelet, susuk, dukun, hamil, kejar tayang, atau apapun. Saya akan menjadi istri pria yang buncit gemesin ini, dan saya ga mau nunggu lama-lama untuk bisa mewujudkannya. Saya benar-benar tidak sabar!
Then, who knows Allah’s plan? Ask Him, pray with your heart, and keep doing good things with happiness.