Sementara si spons kuning sibuk bertengkar dengan ubur-ubur merah jambu yang menggelitik, saya menulis sebuah surat digital, mungkin akan saya print lalu menaruhnya ke dalam amplop putih yang biasa di jual di toko fotokopi, dan mengirimkannya kepada seluruh umat manusia yang suka dengan daun yang kecoklatan, kemudia mereka akan menaruhnya di dalam guci tua dan lama-kelamaan surat itu akan lapuk. Apa sebenarnya harapan dalam mengirim surat?
Halo. Apa kabar pohon berdaun coklat? Apa kabar ranting-ranting yang kehilangan pesona? Dan bagaimana perasaanmu hari ini, akar pohon? Apa kau haus? Karena aku ga bisa bahasa pohon dan kamu juga ga bisa bahasa manusia, kita jadi semakin sulit mengobrol. Sekarang aku sedang mencoba memahami, mengobservasi, dan membayangkan, apa jadinya aku dengan rambut berwana coklat yang kering dan pucat, lalu kulit yang keriput dan rapuh, juga tulang yang tidak bisa menahanku berdiri apa lagi naik gunung? Mengerikan! Sama mengerikannya dengan acara-acara live televisi di pagi hari yang membuat banyak orang bolos sekolah, bekerja, membuat sarapan, menjemur cucian, dan mengerjakan PR.
Daripada kita saling bingung, gimana kalo kita main? Kau punya monopoli kan? Aku punya papan ular naga. Mau yang mana? Ular naga? Baiklah. Hari ini semua keputusanmu adalah perintah. Ayo main. Kau pion yang warna hijau berbentuk kantung berisi bibit tanaman cabe dan aku pion berwarna kuning berbetuk teko, aku akan menyiram rambutmu ketika aku berhasil melewatimu. Kau sepakat? Baiklah. Karena kamu yang pegang hari ini, kau mengocok dadu pertama kali, aku akan menyusul setelahnya.
Waah, kamu dapat angka 10. Angka yang bagus. Dan kamu berhenti di kotak “bintang jatuh”. Kau harus membuat harapan dalam 1 menit.
“Aku harap aku dan jutaan teman-temanku akan bisa bertahan hidup sampai oksigen tidak lagi dibutuhkan, sampai manusia tidak lagi butuh udara segar dan pemandangan yang indah.”, begitu tulisan si pohon di kertas biru muda.
Yeah, amin deh. Sekarang giliranku! Kretek kretek kretek…
Angka 4, kecil banget. Dan di kotak ini aku harus membuatmu senang sampai 1000 persen. Apa ya yang bisa bikin kamu sesenang itu? ah aku ada ide keren. Aku akan membelikanmu pot baru merek lokal yang terbuat dari tanah liat, lalu pupuk kandang lengkap dengan persediaan untuk 2 tahun, dan vitamin yang biasa di pakai mamaku untuk menumbuhkembangkan koleksi bunga-bunganya. Fiuh, tabunganku berkurang cukup banyak untuk membuatmu senang.
“Tetooooot!”
Ah, aku kena hukuman membersihkan kamar mandi karena hadiahku cuma bisa sampe 3 persen. Susah emang kalo sendirian. Doakan aku supaya bisa dapet teman-teman yang bisa memberikan kebahagiaan 1000 persen buat mu, dan kawan-kawanmu.
Giliranmu lagi. Oke, 8 langkah. Naah kamu ada di kotak “mengerjai”. Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Aku harus mempersiapkan mental karena wajahmu terlihat sangat licik saat ini. Kau seperti tukang kredit. Aku penasaran dan ketakutan. Dan kau mulai menulis di kertas perintah berbentuk tanda seru.
“Justin Larissa, kamu harus menyuapi 20 bayi orang utan dengan bubur rasa bayam. Kamu juga harus menghibur mereka dengan menari Jaipong pake baju cele . kau harus membuat mereka senang karena mereka sangat tertpukul setelah kehilangan rumah dan keluarganya. Aku ga mau tau gimana caranya!”
Kau benar-benar memanfaatkan ‘permintaanmu adalah perintah buatku’ itu ya, sialan. Tapi aku suka tantangan ini. Aku sangaaat suka monyet. Akan kulakukan sekarang! Liat nih.
“Terinting terinting terinting”
Yeaah, aku berhasil. Sudah ku bilang, ini mudah. Hahaha. baiklah, sekarang giliranku. Tap tap tap. Kotak “memberikan piagam setelah marah-marah”. Aku harus memarahimu sekarang. Ku pikir dulu apa kesalahanmu. Hmm.
“Dasar pohon bodoh, jelek, bau, busuk, keriput, kenapa kamu tidak pernah minta tolong sama baja hitam, superman, batman, spiderman, pak ogah, si unyil, gatot kaca, pandawa lima, ahmad dhani, pak sby, obama, atau siapapun yang punya kekuatan super yang tidak jelas untuk melindungi kau dan kawan-kawanmu dari serangan penjahat berbaju kampungan yang suka mengganggu tempat kalian tinggal? Hhh. Manusia memang suka khilaf, dan kalo kata orang bijak mah manusia selalu ambil hikmah. Semua mengambil hikmah terus khilaf lagi terus ngambil hikmah lagi sedangkan pohon-pohon itu udah ga bernyawa? Maafkan kami ya. Ternyata kami jauh lebih bodoh dari kalian. Ku beri piagam berjudul Pohon Terpasrah Seumur-umur. Gimana?”
Eeh kamu jangan nangis. Ini gratis kok. Dan manusia akan terus berusaha jadi lebih baik. Tapi aku ga berani jamin, soalnya manusia itu sangat, dan terlalu dinamis. Aku aja sampe pusing. Hei sekarang giliranmu jalan loh.
Tap tap tap tap. Kamu di kotak “mandi busa dengan air embun”. Wah ini kotak yang selalu ku incar dari tadi. Tapi malah kamu yang dapet. Ga rela aku, ga relaa. Mana aku yang harus menggosok punggungmu yang kasar. Hhhh. Menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya.
Srok srok srok.
“Hei Justin yang berkawat gigi.”
“Kenapa kamu sekarang bisa ngomong heh!”
“Aku mendapat mukjizat dari malaikat tidak dikenal barusan, memberiku sirup dengan krim diatasnya lengkap dengan sepasang ceri yang sangat manis.”
“Kapan? Kok aku ga liat?”
“Kau sedang sibuk menggaruk pantat tadi. Begini, aku mau kau jujur. Apakah manusia itu menyukai pohon?”
“Sepertinya suka. Yaa ga tau juga. Kenapa gitu?”
“Ga papa.”
“Kamu kok jadi sok komersil gitu si?”
“Aku penasaran dengan planet Mars. Apa disana aku bisa hidup jauh lebih tentram di banding disini ya?”
“Wah ga tau eh. Aku belum pernah kesana. Mungkin kita bisa pergi kesana kapan-kapan untuk survey, atau jalan-jalan mengisi waktu luang.”
“Waktu itu ada seorang anak lelaki kecil. Kulitnya putih dan rambutnya lurus berkilau. Dia sedang asyik bermain game dan aku ada disebelahnya, sedang kehausan. Panas sekali Bumi siang itu, rasanya seperti sedang sauna padahal aku belum pernah bersauna. Daun-daunku terlihat sangat kering, meskipun ga berasap tapi aku merasa gosong. Dan anak itu melirikku, dan menatapku untuk seperempat menit.”
“Lalu? Kalian berciuman?”
“Lebih parah dari itu. Kemudian dia memalingkan pandangannya dan tidak memberiku minum, atau sekedar ungkapan prihatin pun ga ada. Oh no! Aku kalah sama game. Aku jadi merasa terhina.”
“Hahaha. Nasibmu lek, lek. Ya mau gimana lagi, teknolgi emang suka songong. Harusnya anak itu main petak umpet, atau sepatu roda, bukan game yang muncul dari sebuah kotak seperti kalkulator. Kau patut khawatir. Tapi minggu lalu sebuah organisasi yang anggotanya ribuan mengajak anak SD satu sekolah menanam pohon. Kau bisa sedikit tenang.”
“Tidak juga. Yang mesti di ganti masih banyak, Tin. Kalau perlu semua orang di bumi ini masing-masing tanam 5 pohon. Mungkin itu bisa bikin aku tenang.”
“Yah, itu juga bukan hal yang mudah, sih. Sekarang giliranku jalan ya.”
Tap tap tep. Yeay. Aku ada di kotak “adopsi asik”. Aku harus mengadopsi hewan terlantar dan mengurusnya seperti anak sendiri. Kalo ngeliat tabungan dan jatah bulananku sebagai anak kost yang semrawutan, aku bisa mengadopsi sepasang kambing, sepasang ekor ayam, dan beberapa ekor tupai. Yeah uangku ga cukup untuk mengadopsi orang utan atau harimau, meskipun aku pingin banget banget. Apa ya komentar ibu kostku? Lebih baik aku menguncinya di dalam gudang, biar ga berisik. Hahaha. Oke pohon yang sudah wangi lemon, giliranmu.
Tep tep tap. Tujuh langkah menuju kotak “peramal berkalung bawang putih”.
“Aku tidak suka di ramal. Boleh aku pass?”
“Ide bagus. Sekarang aku”.
Tuing tuing tuing. Aku melompat-lompat ke kotak “masuk lagi ke perut ibu”. Ini artinya ketika aku dilahirkan kembali, aku ingin jadi apa. Kalo Kak Abi mau jadi televisi, aku mau jadi crayon. Keberadaannya selalu membuat senang orang-orang yang suka berimajinasi, apalagi anak-anak. Aku di gemari. Bermanfaat. Warna-warni. Dan menimbulkan kesenangan. Yaa gitu deh.
Karena daduku kembar, jadi aku jalan lagi. Yeaay aku berhasil melewatimu hey pohon yang tidak pake celana dalam! Dan aku menyiram rambutmu yang blondie terpaksa. Segar bukan? Lalu aku sampe di kotak “pecinta alam”.
“Apa ni maksudnya?”, tanya si pohon.
“Kamu ga tau? Seperti sebuah kumpulan orang-orang yang mencintai alam dan mewujudkannya dengan berkegiatan di alam bebas”.
“Oh, yang kaya arung jeram, manjat tebing, outbound, naik gunung, gitu-gitu?”
“Yah, begitu deh.”
“Tapi kata temenku kok pada suka buang sampah sembarangan?”
“Aku juga pernah liat kaya gitu. Orang-orang yang menyebut dirinya pecinta alam, petantang-petenteng sombong, tapi buang sampah sembarangan padahal disediain tempat sampah. Sakit hati bener.”
“Memang. Mereka payah. Ini lalu kamu mesti ngapain ni?”
Kemudian aku mengambil trash bag dan mulai memunguti sampah yang ada di sekitar taman tempat kami main ular naga. Lalu aku harus menempelkan tulisan ‘aku cinta pohon’ di 100 tanaman yang ada di taman. Aktivitas ini membakar kaloriku banyak sekali. Keinginanku untuk menendang, memukul hidung, dan menarik kuping seseorang setelah main pun jadinya batal. Capeeek.
Si pohon kemudian mengocok dadu dan kali ini wajahnya sumringah seperti ikan kakap. Mencurigakan. Dan keluarlah angka 4 kembar. Jadi sekarang pion si pohon berjalan ke kotak “sang raja”. Ini benar-benar hari sialku dan hari keberuntungan si pohon bau itu.
Dia mengambil nafas panjang dan langsung berkata:
“Aku perintahkan semua sigung di dunia untuk segera mandi dengan shower! Dan aku perintahkan seluruh orang-orang yang pernah menebang pohon sembarangan untuk lari dengan celana dalam dari daun sepanjang hutan yang mereka tebang! Akulah sang raja!”
Hiiih. Apa-apaan ini si bau songong amat. Entahlah para sigung apakah udah pada mandi dan orang-orang laknat itu udah lari dengan celana dalam daun, sekarang giliranku. Kalo aku dapet angka 10, aku akan masuk ke kotak yang paling ku tunggu-tunggu. Doakan aku kawan-kawan, plis.
Klotok klotok klotok. Suara dadu beradu gemuruh, menimpa suara ombak telur dadar. Ting tooong! Angka sepuluh! Kalian benar-benar berdoa untukku? Terima kasih banyak. Dan aku ada di kotak “kantung ajaib”. Aku bebas meminta apa saja untuk hadiah ulang tahunku. Semua orang akan memberikan kado. Tapi hanya barang-barang yang bisa membuatku berkembang. Oke, ini dia list-nya:
Sepeda lipat, lengkap dengan botol minum yang warnanya sama dan helm pelindung.
Perahu kayak tipe play boat warna hijau limun, dengan spray deck hitam pas badan, pelampung kayak dan helm warna hijau, dry bag hijau, juga dayung werner hitam. Waw.
Sepatu teva warna hitam hijau.
Buku dongeng dari seluruh dunia. Semua. Tapi boleh di pilih sesuai muatan lemari buku yang ku punya.
Restoran seafood.
Penjual balon gas yang bisa memberiku 50 balon setiap harinya.
Tiket main ke negri awan.
Mobil Mitsubishi Strada terbaru warna item.
Kartu pos dari seluruh negara di dunia lengkap dengan perangkonya.
Hah? Kebanyakan? Aku harus pilih tiga aja? Aah. Kenapa metode lampu ajaib berlaku juga sih disini!? Oke. Aku pilih tiga:
Kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan ketentraman hidup orang tua dan kakak-kakakku.
Keakraban dan keharmonisan yang dinamis antara aku dan seluruh umat manusia di dunia.
Yang terakhir, hidup yang selaras dan kelestarian flora fauna dengan manusia.
Ya itu aja deh. Semoga Tuhan mengabulkannya. Cuma dikit, tiga biji. Hehehe. Sekarang giliranmu pohon yang ketiduran! Heh, kenapa kamu tidur?? Heh!!
“Kamu kelamaan tau. Menyebutkan semua hal-hal yang kamu inginkan, lalu bingung menyusunnya satu per satu, lalu bengong memikirkan warnanya, kamu juga bingung saat menentukan mau pergi ke mana, mulai dari Turki, New Zealand, Maluku, Toraja, Lombok, India, Afrika, sampe rumah sahabatmu yang pindah, menyebalkan sekali menunggu dan melihat kebodohanmu dalam sekian jam.”
Menyebalkan sekali pohon tanpa celana dalam ini. Yaa, dia dapet pelajaran kesabaran lah. Ayo, kocok dadunya!
Klotrok klotrok. Haa, cuma dua! Kau masih belum isa membalapku. Kotak “remas-remas”. Apa ni? Kok kesannya porno gini?
“Memang.”
Ternyata si pohon di haruskan memerah susu sapi dan kambing. Boleh juga, aku sedikit haus karena dalam permainan ini memang ga ada orang yang menjadi sie konsumsi.
Gluk gluk gluk. Enyaaak. Rada aneh si rasanya. Tapi kita ga minum langsung yang abis di perah langsung minum, tapi setelah melewati berbagai proses aneh. Giliranku jalan lagi.
Kletrok. Aduh tanganku kepeleset dan dadu dadu kecil itu terlempar kesana kemari. Mataku terus mengawasi karena si dadu terus terpental ke atas, ke bawah, ke kanan, ke kiri, dan sekarang berhenti di atas kepalaku. Angka berapa?
“Aah aku benci menyebutkannya.”
“Heh. Berapa bodooh?”
“Liat sendiri!”
Lagi-lagi menyebalkan sekali ni si pohon keriput. Dengan hati-hati aku mengambil cermin dan melihat pantulannya. Agak susah, tapi…
“Wuaaaaaahhhh!!!!!”
Angka sembilaaaan! Dan kotak setelah sembilan langkah dari tempat berdiri pionku adalah:
“KOTAK PERAYAAN DENGAN JUTAAN BALON WARNA-WARNI DAN GAJAH YANG MENARI”
Aku menang. Hahahahaa. Yeas yeass yeeeaaaaass!! Wow wowowowowoooo. Hehehe. Ga usah pasang muka jeles gitu deh, dasar pohon bau. Hahaha. Aku dapet tiket jalan-jalan ke negri awan ni, jalan-jalan yuk.
Dan aku sama si pohon yang rambutnya udah mulai hijau pergi jalan-jalan ke negri awan dengan roket yang terbuat dari marshmallow, jadi semua bagiannya begitu empuk dan sangaaat wangi. Kamu tau gimana indahnya negri awan? Indah. Luar biasa.
Bagi yang suka baca komik One Piece, mungkin bisa tau gambaran negri awan, tapi yang aku kunjungi sama si pohon bukan negri awan yang dikuasi oleh God Enel dan ksatria langit lalalala, ini sungguh negri awan yang bersih dari kekuasaan dan politik yang ga mutu, bebas dari kendaraan bermesin, semua makhluk disini jalan kaki, tidak ada pabrik yang menyebalkan karena selalu menyajikan limbah dan semua barang di buat dengan tangan dan semua begitu tradisional, wah asik sekali. Penguni disini kebanyakan manusia ikan, ada juga manusia lumut, juga beberapa manusia bunga. Ada binatang-binatang yang aneh, berbentuk serangga, berbentuk reptil, dan berbagai bentuk lainnya. Lalu aku mendatangi sebuah taman bermain di pinggir kota. Si pohon sibuk belanja pupuk awan di toko Tree Free yang sangat artistik arsitekturnya.
Aku tertidur begitu saja ketika aku duduk di kursi awan yang memiliki sandaran setinggi kepala dengan sandaran tangan. Aku memang memilik keahlian tidur dimana saja dan dengan posisi apa saja. Ini keahlian yang ku banggakan.
Dalam beberapa menit aku mulai bermimpi. Ini salah satu mimpi terbaikku seumur-umur. Mimpi yang ku catat di kalenderku sebagai mimpi yang sangaaaat berkesan. Lebih berkesan daripada pabrik coklat Willy Wonka, lebih mengagumkan daripada jam yang berputar mundur, lebih menyenangkan daripada karaoke di tengah malam, wah asik banget. Hehehe. Dan aku terbangun setelah tiga jam tertidur. Dan menghela nafas panjang mengingat mimpi itu lagi-lagi menyebalkan karena bertentangan dengan dunia nyata. Lagi-lagi wujud harapan hanya bisa terjadi di mimpi, membuatku senyum-senyum sendiri dan bernostalgia seperti orang gila.
Setelah ku sadar, aku melihat si pohon bau itu terlihat ganteng. David Beckam kalah! Rambutnya hijau tebal dan segar, tubuhnya tegap dan begitu kokoh, wajahnya sumringah seperti baru menang undian mobil termahal di dunia, toko artistik itu sungguh berkualitas tinggi. Dia berdiri mandi matahari di tengah taman.
“Hei.”
“Oh, hei. Udah bangun toh?”
“Udah dua menit yang lalu.”
“Kau lelap sekali tidurnya. Sampe mangap-mangap memamerkan kawat gigimu yang jelek.”
“Iya. Hei, kau baru nyalon?”
“Iya. Keren kan? Kalo seber gini aku jadi lebih optimis deh. Aku siap banget memberikan pelayanan sirkulasi udara yang terbaik buat kamu dan teman-temanmu.”
“Haaa? Beneran ni? Wow.”
“Ya. Asal pikiran ku seger terus. Jadi kau harus merawatku.”
“Baiklah. Berarti kau harus tinggal di kosanku. Kau harus memberiku udara segar tiap pagi dan menyejukan pikiranku yang lagi butek.”
“Sepele itu mah.”
Si pohon menyukai hubungan resiprokal. Inilah yang seharusnya terjadi, kita sama-sama saling menjaga, saling memberikan hubungan baik. Aku rasa aku setuju. Dan kami pamit sama kepala negri awan, mereka meyebutnya God Enel, eh bukan, tapi Pak Camat. Pulang dengan roket yang sama, sampai di kosanku dan kita istirahat. Terima kasih untuk hari yang menyenangkan, pohon yang sudah wangi 🙂