Melanjutkan cerita perjalanan saya dan Mas Gepeng ke Nepal beberapa waktu lalu, dan sampailah kami ke salah satu kota yang saya sukai, yang perjalanannya kami tempuh dengan bus lokal setelah selesai arung jeram di Sungai Trishuli, namanya Pokhara. Terletak di sisi selatan Nepal dan luasnya 55km², Pokhara dikenal sebagai kota turis. Ibarat Ubud di Bali, Nepal terasa lebih syahdu dan sederhana, dengan tata kota dan bangunan lebih rapih, gak ada klakson-klakson sembarangan, dan gak ada jalanan yang terlalu becek.
Disambut Machhpuchhre
Setelah menempuh perjalanan dengan bus lalu lanjut naik taksi menuju hotel, kami tiba pas sore hari saat langit sedang bersih-bersihnya paska hujan. Dan tahu kah kamu apa yang menyambut kami seketika saat kami masuk ke kamar Hotel Grand Holiday? Ucapan selamat datang dari Pokhara yang gak akan pernah saya lupakan seumur hidup, dari jendela kamar, kami bisa melihat jelas puncak Machhapuchhre! Wow mejik!
Ini pertama kalinya kami lihat puncak gunung salju secara langsung dengan mata kami sendiri. Indah banget! “Kalian beruntung sekali. Dari kemarin puncak gak kelihatan karena kabut dan hujan, hari ini bisa jelas terlihat,” kata si petugas hotel yang bau ketek dan rambut klimis. Kami sempat terpaku beberapa saat sampai akhirnya sadar momen seperti ini harus segera didokumentasikan. Bodo amat kelihatan norak, ini gak boleh dilewatkan.
Machhapuchhre atau juga terkenal dengan Fish’s Tail adalah gunung dengan kegagahan melangit 6.993 mdpl. Konon belum pernah ada orang yang bisa mencapai puncak gunung yang keindahannya bersaing sama Matterhorn ini karena penduduk setempat menjadikan Machhapuchhre sebagai tempat suci Dewa Shiwa sehingga sakral untuk dipanjat.
Gak puas hanya melihat dari jendela kamar, kami lalu naik ke atap hotel untuk kembali menyaksikan indahnya pegunungan Himalaya dari 25km jauhnya. Sepertinya saya bisa duduk seharian disini, berulang kali mengoleskan sunblock, hanya untuk melihat gunung-gunung ini. Asli ini menakjubkan! Foto gak bisa merepresentasikan betapa bener-bener indah gunung bersalju. Serius aslinya beneran amazing!
Disambut juga oleh Hotel Grand Holiday
Hotel Grand Holiday adalah hotel termahal yang kami inapi selama di Nepal. Harganya per malam USD15, dua kali lipat lebih dari hostel/hotel kami lainnya yang gak lebih dari USD6 per malam. Selain bisa melihat gunung salju (kalau beruntung), keunggulan lain hotel ini adalah atapnya asyik buat nongkrong, kasurnya bersih dan ada extra-single-bed, bath-tub, TV, dan room service + teleponnya. Untuk urusan air panas dan WiFi sih sama saja.
Lho kok bisa semua hotel sampai yang murah segala menyediakan air panas padahal itu bisa bikin bengkak tagihan listrik? Jadi hotel/hostel di Nepal kebanyakan memasang solar panel atau panel tenaga surya untuk mendapatkan listrik. Pemerintah Nepal itu membatasi penggunaan listrik, sehingga akan ada pemadaman listrik di beberapa jam dalam sehari, kecuali yang punya genset. Nah solar panel ini digunakan untuk cadangan listrik kalau-kalau sudah masuk jam produktif di hotel tapi listrik belum nyala. Kalau seharian hujan gimana? Ya siap-siap mandi air dingin haha.
Danau Phewa
Adalah salah satu dari tiga danau terkenal di Pokhara, dan merupakan danau kedua terbesar di Nepal. Airnya hijau, dikelilingi hutan hijau, jadi bener kalau kesini gak boleh pakai baju hijau (sama kayak kalau pergi ke Pantai Parangtritis haha). Pemandangannya adeeeem banget apalagi paska hujan, jadi daun-daun meneteskan embun. Air tenang, anginsemilir, dibeberapa sisi ditumbuhi enceng gondok, santai suasananya, bersih, cocok buat jalan-jalan pagi dan sore.
Gak hanya dimanja dengan pemandangan danau, kita juga bisa lihat Tal Barahi Temple yang ada di tengah-tengah danau dengan naik rakit, kafe-kafe santai di sepanjang danau, bisa lihat sunset, main kano, naik perahu kayu, dan jika mata kita menerawang semakin luas, kita akan menemukan World Peace Pagoda jauh di atas bukit. Jika kamu main kesini sekitar pukul 4 sore, langit sedang bersih, dan kamu gak punya hal-hal serius untuk didiskusikan, yakin lah kamu benar-benar akan merasa seperti terbang. Silence and fresh air are very good companions to enjoy your day.
Danau Phewa ini luas sekali. Jika menyusuri terus sampai ke Lakeside 6, suasana lebih dinamis ketimbang di sisi yang dekat Basundhara Park. Perahunya lebih banyak, bahkan ada sepeda air juga. Di sekitar danau juga lebih banyak tempat nongkrong asyik yang buat santai santai, pesta-pesta, juga ada persewaan kano dan toko-toko outdoor. Lebih ramai dengan banyak orang jualan buah, jalan-jalan, karena disini juga disedikan lintasan jalan yang bisa juga jadi jogging track.
Danau Phewa pemandangannya indah banget bikin damai hati. Kalau kamu mau naik perahu, 1 jam dengan driver harganya NPR500, kalau mau dayung sendiri harganya NPR450 (pastikan bawa Counterpain). Bisa juga kalau mau seharian naik perahu bayarnya NPR1000, setengah hari NPR700. Servis lainnya ada yang cuma nyebrang searah NPR1.200 dan kalo bolak balik lebih murah yaitu NPR800.
Melanjutkan cerita perjalanan saya dan Mas Gepeng ke Nepal beberapa waktu lalu, dan sampailah kami ke salah satu kota yang saya sukai, yang perjalanannya kami tempuh dengan bus lokal setelah selesai arung jeram di Sungai Trishuli, namanya Pokhara. Terletak di sisi selatan Nepal dan luasnya 55km², Pokhara dikenal sebagai kota turis. Ibarat Ubud di Bali, Nepal terasa lebih syahdu dan sederhana, dengan tata kota dan bangunan lebih rapih, gak ada klakson-klakson sembarangan, dan gak ada jalanan yang terlalu becek.
Mengitari Danau Phewa, kamu akan melihat Pokhara dari berbagai sisi. Saya sempat menelusuri sampai Hallan Chowk, semacam Malioboro yang juga jadi tempat tujuan wisata. Banyak banget tempat hits disini buat para traveler. Kafe, toko-toko outdoor yang beragam, toko souvenir khas Nepal, dan banyak juga penginapan murah.
Waktu berjalan lambat di Pokhara. Jalan-jalan seharian seperti gak ada habisnya dan selalu ada saja kejutan yang baik. Itu baru 3 hal yang menyambut, masih ada banyak cerita tentang Pokhara untuk dinikmati teman-teman pembaca sekalian. Sampai jumpa di cerita berikutnya.
5 Comments. Leave new
Mba Utin seru banget jalan-jalannya!
Ngiler pengen nyobain Indian breakfastnya, kayaknya enak banget, di Jogja ada ga yaa hmmm
Kerenn..!!
Kerennn
Di Jogja ada tempat makan India gak ya? Mungkin kalo ada, dia juga jualan bhaji sama naan (roti). Kabarin ya kalo ada 😀
Makaci Kakak