Dua minggu lalu, #justinindyo alhamdulillah berkesempatan pergi bareng seluruh keluarga dari pihak saya jalan-jalan nengokin Bapak, yang udah beberapa bulan ini tinggal di Lampung untuk berkontribusi dalam proyek pembangunan Jalan Tol Lintas Sumatera. Perjalanan yang membahagiakan sungguh. Jarang banget bisa pergi jauh rame begini selain mudik (dan sejak 2013 saya sendiri gak pernah ikut mudik lagi). Jadi trip ini ekstra spesial istimewa. Cerita Lampung akan saya ceritakan per momen.
Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah Taman Kupu-Kupu Gita Persada. Berhubung sekarang bawa anak kecil, jadi destinasi yang dipilih sebisa mungkin yang bakalan disenengin sama Upan dan semoga edukatif. Taman Kupu-Kupu ini terletak di Kecamatan Kemiling di kaki Gunung Betung, tepatnya di Desa Tanjung Manis, Jalan Way Rahman, Kemiling, Bandar Lampung. Gak usah bingung atau takut nyasar karena Google Map dan Waze dengan mudah menavigasi kita. Taman ini, menurut saya, masih perlu banyak perbaikan. Gak terlalu bagus, dan gak bobrok amat juga hanya aja kurang maksimal gitu ini taman mau buat apa. Kupu-kupu yang dikembangbiakan gak terlalu banyak dan hanya ada di satu sarang aja. Sisanya dibangun playground dan rumah pohon. Menarik sebenarnya, hanya kurang maksimal. Oh dapet ilmu baru: ulat yang nantinya jadi kupu-kupu secara alamiah adalah ulat yang gak bikin gatal. Kamu bisa pegang sampe cipok-cipok ulat-ulat disana.
Mie Khodon, salah satu makan siang kami. Letaknya di Jalan Ikan Bawal, Telukbetung. Sekali lagi, tempat ini mudah ditemui dengan Google Map maupun Waze. Mie ini konon sangat tersohor di Lampung, karena udah berdiri sejak 1960 (iya, masaknya berdiri. Haha). Kalo saya ngobrol sama bapak ibu kakak beradik penjual, resep mie ini udah turun temurun dan memang selalu laris manis. Bapak ibunya sendiri asli Jawa, tapi tinggalnya di Lampung. Mulai dari bumbu sampai mienya, semua diolah sendiri. Gak ada yang bisa tiru-tiru deh pokoknya.
Ada 3 varian mie Khodon: rebus, cemek, dan goreng. Saya pribadi suka banget yang rebus, karena gak terlalu manis, lebih gurih, dan terasa creamy (karena pas itu cicip punya Bapak dan gak pake kecap, ternyata enak banget!). Kalo yang cemek, rasanya manis (dasarnya mie Khodon memang pake kecap), sedap, berasa banget ebinya, dan kaldunya ummm nyummy! Seporsi lumayan kenyang, harganya Rp17.000. Kalo makan disana lagi, saya mau pesen satu setengah porsi hahaha.
Dari semua yang ada di Masjid Agung Al Furqon Lampung yang saya paling suka adalah atap dan lampunya. Masjid terbesar di Lampung ini adeeeem banget. Anginnya sepoi-sepoi, berputar diatapnya yang tinggi. Kenapa saya suka? Karena selesai solat, saya tiduran memandangi atap lalu tertidur nyenyak sekali. Ajaib.
Tempat makan yang kami cicip selanjutnya adalah Bakso Sonhaji Sony. Siapa orang Lampung yang gak kenal bakso ini? Bapak pernah bawain oleh-oleh bakso dan INNALILLAHI enaaaak amaaaat! Tapi yang kami cicip ini agak mengecewakan karena baksonya enak, tapi kuahnya zonk. Kata Bapak memang antar cabang Bakso Sony suka beda-beda, tapi karena baksonya tersentralisasi, jadi rasa baksonya lebih stabil ketimbang kuahnya. Selain bakso, mereka juga produksi pempek (lebih mirip bakso ikan sih) dan rasanya enak banget. Enak enak enak! Saya beli banyak buat simpenan di rumah saking sukanya!
Pantai Pasir Putih dan Pantai Klara adalah dua dari sekian banyak pantai di Lampung yang kami kunjungi. Saya gak suka pantai, ingat kan? Makanya pas kesini ya biasa-biasa aja hahaha. Tapi supaya berkesan, saya akhirnya berenang di Pantai Pasir Putih! Yessss berenang! Terakhir berenang di pantai itu tahun 2007, di Bali, pas acara darmawisata SMA. Itu aja abis itu menyesal hahaha. Kali ini saya berenang sejauh 10 meter terus berkubang-kubang ria. Memang ya, gak pernah enak kena air pantai. Cukup ini aja sekali-kalinya berenang. Naaah yang seru itu pas di Pantai Klara.
Awalnya kami mau nyebrang ke Pulau Pahawang, tapi gak jadi karena perahunya penuh dan disananya juga penuh, akhirnya melipir ke Pantai Klara. Disini kami santai duduk-duduk menikmati sejuk. Upan main pasir dari gelas bekas Pop Mie, rencananya mau ngajarin bikin istana pasir tapi dia lebih suka main masak pasir hahaha.
Kakak, Mas Gepeng, dan Mbak Ilva main banana boat. Dari 3 kali penjatuhan, yang direalisasi cuma 2 karena ada yang trauma wkwkwk.
Lalu pindang baungnya gimana? INI UWENAK BUWANGET! Asli ini aduh duh duuuh, enak mama enaaaak! Kuahnya seger banget, butek, sedap, pasti dimasaknya lama nih karena tasty banget! Ikannya saya gak coba karena itu ikan patin, saya masih punya trauma sama ikan ini. Kata Mbak Jyhan, kakak perempuan saya, sih enak banget. Saya percaya!
Ada dua tempat makan lain yang kami kunjungi, tapi yang akan saya tulis disini adalah Nasi Uduk Toha di jalan Raden Ajeng Kartini. Malam itu jam 9, saya kelaparan. Bapak ajak saya cari pempek tapi jam segitu semua toko udah tutup kecuali nasi uduk ini. Tamu masih ramai, makanan masih tersedia banyak, dan antrian wuuuw lumayan panjang. Saya pesan satu porsi nasi uduk (Rp7.000) dengan paru goreng 2 porsi (Rp26.000) dan tahu 2 porsi (lupa harganya). Apa kesannya? NASI UDUK PALING ENAK SEDUNIA! Enak enak enaaaakk! Nasinya astaga gurih banget! Gurih luar biasa! Parunya? Tahunya? Sambalnya? Makjaaaan enak parah! Sebut saya lapar tapi beneran ini enak banget! Enak sampai mau pengsan rasanya. Bahkan saking nikmatnya makan (dan kelaparan), gak ada satupun foto saya hasilkan hahaha. Siapapun yang ke Lampung, mampir sini!
Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Sam Bordir, toko kain dan pakaian yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Pasir Gintung, Tj. Karang Pusat. Disini banyak pilihan kain-kain songket, tapis, batik, dompet, pajangan, dan sebagainya. Masuk kesini bawaannya mau foya-foya, sumpah ya kainnya cakep cakep banget! Saya selalu berbinar-binar kalo liat kain asli Indonesia begini. Hanya saja, kain disini lebih mahal daripada kain batik Banjarmasin atau Yogyakarta. Entah kenapa ya. Kalo kain bordirnya sih jelas pembuatannya gak mudah dan memang kainnya mewah. Tapi batiknya kan sama aja. Anyway, saya bawa pulang satu set kain bordir warna toska dan batik sarimbitan sekeluarga.
Ini adalah pengalaman kedua kami liburan sama keluarga, yang pertama adalah pas ke Banjarmasin. Beberapa hal kami pelajari selama trip ini seperti bagaimana untuk liburan berikutnya supaya gak membebani uang orang tua (Bapak kemarin banyak traktir, anak-anak macam apa kita ini haha), bagaimana melepas ego untuk ikut bersenang-senang dengan selera yang beragam, bagaimana membuat perjalanan atau tempat yang biasa-biasa aja jadi luar biasa karena bersama keluarga, dan lain-lain. Saya dan Mas Gepeng menikmati sekali liburan singkat ini dan udah mulai ancang-ancang, tahun depan ke Malang enak nih. Buat kalian yang berencana menghabiskan long weekend sama keluarga, saya titip salam ya! Selamat sore 🙂
P.S.: Semua foto diatas diambil pakai kamera smartphone LG G5 Special Edition, dengan mode auto. Gak terlalu kece buat foto indoor tapi sebenarnya lebih bagus dari Xperia Z2. Alhamdulillah.
2 Comments. Leave new
Jadi pingin ke lampung lagi, kuliner yg dicobain khas lampung baru bakso yg hitss itu
Aku juga pingin lagi, demi makan nasi uduk Toha pake paru goreng :)))