
“Kak, mau ke mana?” entah dari mana datangnya, ada adik kecil yang memanggil kami persis ketika motor yang saya gas kencang melewati sungai kecil berlumpur. Saya paling benci jalan berlumpur, apalagi naik motor dan hanya saya yang bisa mengendarai, Mba Firda jadi co-pilot yang dengan rendah hati selalu turun ketika menghadapi medan sulit. “Ke air terjun, lewat sini kan?” kata Mba Firda.
Jalan tikus di Labuan Bajo itu penuh jebakan. Dia kadang jadi tipuan, kadang memang jalannya benar itu. Google Map gak bisa dipercaya di sini, atau sebenarnya bisa namun harus dikombinasikan dengan insting. Dan insting kami berdua bisa dikatakan, NOL BESAR hahaha. Kami putar balik. Yang artinya saya harus melewati sungai kecil berlumpur itu lagi. Entah jika si adik gak muncul dan memberi tahu kami, mungkin kami sudah mandi lumpur di depan sana. Oh ya, tenang, itu adiknya sosok nyata. Dia naik motor dan motornya nempel tanah. Badannya juga gak tembus pandang.
2 Comments. Leave new
Duh aku mau ketawa tapi kok ya ga tegas jugaa denger pengalaman kalian dorong motor. Itu kebayang siiih gempornyaaa .. betiis bekondeee langsung wkwkwkwkwk.
Tapi klao pemandangan selanjutnya cakep2 begini, terbayar lah yaaaa :D. Inget2 aja mba, traveling tanpa ada kejadian sial, kayak sayur tanpa garam hahahahah
Kalau diingat-ingat ya memang bikin ketawa juga sih. Pas di sana pun ya aku ngtawain Mba Firda yang nginjak sendal si kakang bengkel. Trip kali ini tuh memang beda banget sama terakhir aku ke sana. Kalau waktu itu aku dapet manisnya banget. Semua serba lancar dan disediakan. Kali ini semua sendiri, dan memang ceritanya jadi banyak banget. Seru lah!