“Finish strong, Tin!” kata teman saya di DM IG pas saya post foto ambil race pack. Saya balas, “Finish happy.” Buat saya, happy itu lebih penting dari strong karena sejujurnya kalau ada hal yang bikin saya merasa paling menderita, lari lah jawabannya. Tapi entah kenapa beberapa bulan belakangan ini saya malah suka lari. Itu juga yang bikin saya secara impulsif daftar race 10k seharga SGD 88,29 per orang di Standard Chartered Singapore Marathon (SCSM). Awalnya mau target finish strong and happy, tapi beberapa hari sebelum race, saya coret strong-nya.
Semingguan sebelum race saya bolak balik demam dan grenggesan akut. Sudah kerokan, sudah minum Paracetamol, sudah bedrest segala. Puncaknya pas saya lari di Minggu pagi, eh malah demam tinggi sampai 39°. Langsung malam itu dimotorkan (karena naik motor, gak lari HAHA) ke UGD untuk emergency check up sekalian dapat instant booster. Karena sudah daftar lari semahal itu dan sudah booking segala-galanya di SG, saya harus segera sembuh dan tentu saja ikutan lari.
Saya baru benar-benar sehat itu hari Selasa, Rabu masih berusaha naikin nafsu makan, Kamis siang flight ke SG, malamnya ambil race pack, Jumat banyak banyak jalan kaki (dan kerja 🥲), Sabtu pagi race. Agak gila memang. Makanya tujuan saya lari di SG ini bukan untuk kejar pace atau waktu terbaik, melainkan saya hanya ingin lari dengan selamat dan happy. Saya rasa itu yang paling penting.
Sepanjang race saya terapkan semua hasil latihan baik fisik maupun psikis. Saya takjub betapa meditasi dan self-talk yang saya mulai coba sebulan belakangan bermanfaat sekali untuk lari. Habis sakit terus lari itu memang no play-play tantangannya gaes, nafas lebih pendek dan lemasnya luar biasa. Bahkan saya sempat (stupidly) skip a drink station dan hampir dua kilo lari dalam keadaan kehausan, itu rasanya sudah mau menggelepar kayak ikan! Kalau sudah begitu, hanya satu hal yang bisa saya andalkan di saat seperti ini dan di kilo-kilo terakhir: semangat —tambah rajin minum di setiap drink station berikutnya.
Running is somehow therapeutic for me. Setiap lari, entah jaraknya pendek sekalipun, saya merasa memiliki waktu yang bukan hanya personal tapi juga produktif. Lari adalah momen antara kita dan diri kita sendiri. Kita yang bicara, kita pula yang dengar. Kita yang semangat, kita juga yang jadi terus maju. Saya rasa hal yang paling menyenangkan dari lari adalah me time yang solid dan khidmat itu.
Persis seperti kata-kata Haruki Murakami, “When I’m running I don’t have to talk to anybody and I don’t have to listen to anybody. All I do is keep on running in my own cozy, homemade void, my own nostalgic silence. And this is a pretty wonderful thing.”
Saya gak tahu bagaimana dinamika orang-orang apakah mereka lari dengan cara yang berbeda saat race dan saat latihan. Saya kemarin memilih cara yang sama dengan sedikit lebih banyak dorongan “Yok, Justin percaya latihannya,” “Terima kasih badan ku sudah sakit kemarin, sel badannya reborn dong ini,” “Kaki ku kalian hebat banget,” “Eh ayok nyalip Mbak yang itu,” “(pas capek mau jalan kaki) Lho kakinya kok gak mau haha dasar,” “Hebat banget aku ya,” “Yeaaayyy… (pas sapa panitia yang kasih semangat)” “Wkwkwk (pas keingetan momen lucu),” yang diucapkan berulang-ulang selama race.
Setelah 1 jam 45 menit, sampai lah saya di garis finsih. Saya gak kepikiran apa-apa, gak ngerti juga apa yang dirasakan, saat itu saya hanya ingin nangis. Rasa syukur, bahagia, haru, capek, bangga, takjub, lemas, terpesona, gak percaya, mau pengsan, senang, semua semua itu menyatu dalam derai air mata yang gak berhenti-henti. Untung pakai Goodr polarized jadi bisa nangis sambil sok cool. Pas ketemu Mas Gepeng pun saya masih nangis. Tambah nangis pas dia rangkul dan bilang, “Gila kamu membanggakan banget sih!”
Nangis saya baru berhenti pas memegang kembali medali yang tadi dikalungin sama panitia. Saya tersenyum lebar memandangi tulisan ‘finisher’, sampai dikucek-kucek ini bentulan ‘finisher’ bukan ‘punisher’. Mana bagus banget medalinya, kokoh, cetakannya ciamik, gak kaleng-kaleng. Pas mulai masuk race village, kami dikasih handuk dingin. Wow handuk dingin es es gaessss ya Allah enak banget tempel muka! Jalan maju dikit dikasih sebotol isotonik dingin, pisang, permen himalayan salt, dapat Rejuve gratisan, dan pijit juga di massage tent.
Pada akhirnya saat kita menuntaskan lari, kita bukan lagi orang biasa. Kita adalah orang yang terus maju, yang terus menggiring kaki untuk bergantian berada di depan. Ada orang yang bilang lari itu kayak mikrokosmos kehidupan. Ya iya juga sih. Kadang kita merasa perjalanan yang ditempuh gak ada ujungnya, kadang kayak cuman selemparan batu. Ada saatnya kita perlu melambat, kadang harus kebut sedikit. Bisa juga disalip sama kakek lari bareng anaknya yang—maaf, berbadan besar, kita memaafkan diri kita atas hal itu dan kasih salut.
Saya rasa disamping lari membuat kita lebih sehat dan bugar, bonus intangible lainnya ada banyak. Dan salah satu bonus yang gak terduga karena lari kali ini adalah saya merasa jatuh cinta sama diri saya sendiri. Mejik ya.
2 Comments. Leave new
Dalem banget sih ini wkwkwkwkw, tapi insightful.
Aku tak bisa nulis banyak karena baca ini sambil senyum senyum sendiri.
Anda emang bikin bangga!
-gepeng-
-nama yang paling sering disebut di blog ini-
Mba justiiiiin, saluuuut … Aku jadi semangat pengen ikut jugaaa jadinyaa 😄👍
Eh tapi bener loh, lari itu nyenengin.. atau sekedar jogging juga aku sukaaaa banget. Sejak pandemi, dan sebelumnya juga aku pernah cek paru2, dan ada bercak dikit di sana. Ntah Krn aku dulu aku perokok akut atau waky itu memang sedang sakit. Sejak itu dokter suruh olahraga. Dan aku jadi rutin.
Paling suka ya lari. Atau olahraga beban. Tapi kalo males pake beban, aku pasti milih lari. Cuma Krn Raka ga terlalu suka, Krn dia LBH seneng sepedaan dan tenis meja, jadi aku blm konsiisten waktu itu lari di GBK. Akhirnya beli treadmill buat di rumah. Langsung rutin 😄. Krn sayang juga udh beli mahal. Malah jadi candu .. lari itu bisa ngalihin pikiran jelek. Kayak pas dapat kabar ga enak dari adikku, kayak mau nangis, tapi aku lampiasin ke lari. Setidaknya setelah itu, pikiran agak terang dikit.
Aku mau nambah porsi latihan dulu sebelum ikutan marathon gini ❤️