Touchdown Singapore!

Dari awal sebelum tiba ke KL, Mba Tey sekeluarga sudah kabarin kalau mereka mau ajak kita main ke negara tetangga juga via darat. Waw excited sekali! Pengalaman pertama keluar negeri langsung bisa explore dua negara! Dua hal yang Mba Tey cerita soal Singapur adalah negara ini banyak aturan denda, dan apa-apa di sana mahal. Makan mahal, belanja mahal, transportasi mahal, hotel mahal, pokoknya mahal deh. Tapi markicob dulu deh, kita lihat pesonanya Singapur.

Kita berangkat setelah subuhan naik travel Aeroline dari KL Sentral. Tarifnya 98RM per orang one way, dapat fasilitas light-meal (yang mengenyangkan), air mineral, minuman hangat (kopi, teh, atau cokelat), selimut, headset, monitor yang udah terisi film, gambar promosi, musik, juga tempat duduk yang nyaman buat tidur. Perjalanan ke Singapura pun anteng karena masuk tol tinggal lurus aja ikutin jalan. Meskipun begitu, saran saya sih jangan tidur ya karena melihat KL saat pagi dan pemandangan menyeberangi lautnya cantik sekali.

Entah karena masih pagi, perjalanan gak ada macet. Lancarrrr terus. Sudah gitu jalanannya bagus mulus, jalan tol yang benar-benar jalan tol, gak ada gronjalan lobang-lobang. Setelah sekitar satu jam, kami berhenti di perbatasan untuk proses keimigrasian. Kami turun dari mobil dengan membawa semua barang sendiri, menuju jalur antrean masuk kantor imigrasi, dan mengantre untuk cap paspor.

Oh ada yang seru. Gak tahu ada angin apa, Mas Gepeng dan Mas Kampred disuruh masuk ke ruang pemeriksaan pas lagi minta cap paspor. Loh, ada apa? Kenapa? “Random check kayaknya,” kata Mba Tey. Saya baru tahu ada random check begini, yha gimana lewatin imigrasi baru ini yang kedua haha. Tapi saya heran sih. Memangnya tampang kriminal Singapura bentuknya kayak mereka gini? Sudah gitu kita para istri gak boleh nemenin, kan bisa juga memberi kesaksian.

“Apa para petugas ini ngerti Bahasa Jawa ya, Mba?” Tanya saya ke Mba Tey yang dijawab lirikan “He?” Pas lagi antre, mereka memang lagi ngomonging Singapura pakai Bahasa Jawa. Ya mungkin ada ece-eceannya dikit namanya juga turis baru kan. Tapi masa iya petugasnya ngerti? Selang beberapa waktu, mereka berdua keluar dengan wajah pucat tapi sok keren. Ternyata ini memang random checking yang selalu dilakukan petugas imigrasi. Saya sudah mau nangis janjangan Mas Gepeng ditahan gegera dia bawa Tolak Angin :’)

Anddd finally, touchdown Singapooore! Wohooo! Kami say goodbye ke mobil travel dan menuju stasiun MRT bawah tanah. Ih keren ya! Meski tampak sudah lama, tapi masih bagus dan bersih. Masing-masing kami membekali diri dengan kartu pre-paid SGD7 (inshaa Allah cukup buat 2 hari) lalu naik kereta menuju Harbourfrount. Keretanya bersih sekali pemirsa! Bersihhh gak ada bau bau aneh juga! Ih cakep banget wow! Takjub! Keretanya juga jalannya cepat, mulus, gak kerasa pas belok belok, dingin, orang-orangnya juga tertib. Gak sabar punya kayak beginian di Jakarta (even gak bisa tinggi tinggi juga ekspektasinya hahaha).

Setelah turun di Harbourfrount, kita jalan kaki ke arah Havelock Road. Di awal kami sudah di-brief bakalan banyak jalan kaki karena taksi mahal, gak sangka jauh juga jalannya buset. Harbourfrount ke Havelock Rd itu jauhnyaaaa gak tahu lagi deh. Mungkin karena gak biasa jalan kaki jauh-jauh juga kali ya. Untungnya di kota penuh gedung ini banyak ditanami pohon-pohon rindang dan trotoarnya lebar, jadi masih nyaman lah. Sudah gitu ada beberapa titik tempat duduk yang bisa buat ngaso bentaran.

Sepanjang jalan saya lihat mobil-mobil pada tertib. Gak ada yang super ngebut dan gak ada juga terobos lampur merah. Mereka juga berhentinya di garis stop, gak di zebra cross. Suka deh. Dan di Singapura ini taksinya banyaaaakk banget. Macemnya pun banyak. Kalau mau pake taksi, tunggunya harus di Taxi Stop, gak bisa asal nyegat di pinggir jalan. Di Taxi Stop pun harus antre apalagi kalo pas lagi rame-ramenya. Tapi gak semua tempat memang punya tempat khusus ini, cuma di daerah-daerah yang rame aja. Baca di sini soal taksi di Singapura.

“Nah itu dia hotelnya udah kelihatan,” kata Mas Kampred. Baiknya keluarga ini, kami ditraktir nginap di hotel bagus lho. Katanya sekalian bulan madu, siapa tau ‘jadi’ pas bikin di Singapur hahaha. Kami nginap di Copthorne Kings Hotel, bagus deh hotelnya. Mirip Sari Pacific, hotel lawas tapi terawat dan tampak mewah dengan lampu kekuningan dan ubin granit kecoklatan. Hari itu hotel juga jadi tempat inap para atlet kejuaraan semacam boxing gitu. Setelah check-in, taruh barang-barang, tidur-tiduran sebentar, kami lanjut keliling Singapura.

Kami naik shuttle car gratis fasilitas hotel yang berhenti di beberapa titik termasuk Orchad Rd. Kami turun di sana dan jalan kaki ke Far East Plaza. Asyik deh jalan kaki di sini, orang-orang yang grasa-grusu gak resek dan kalau mau nyebrang ada tombol yang dipencet supaya lampu lalu lintasnya menyediakan waktu untuk kita menyebrang. Jadi pas orang nyebrang, mobil berhenti. Betulan berhenti gak ada yang sikat sikat gitu.

Pertama-tama, kita cari makan siang karena pas juga waktunya sudah krucuk-krucuk. Mba Tey nunjukin hasil browsing bahwa ada tempat makan dekat sini yang jual nasi hainan harga under SGD10. Lokasinya di Hainanese Delicacy di Far East Plaza, Scotts Rd. Kami jalan beberapa menit dan tiba lah di sebuah bangunan kayak mall kecil gitu, dia ada di bagian luar. Tempat makannya mungil, tampak orisinil dengan tulisan Cina di sana sini, dan kayak sudah lama gitu lho.

Kami pesan ayam hainan satu ekor dimakan berempat. Rasanya enak sekali. Terbiasa makan ayam hainan di Jakarta, ternyata aslinya (mungkin ini asli ya hahaha) sedikit lebih plain dan terasa sekali gurih lemak ayamnya. Dagingnya lembut, kulitnya sruput, kuahnya gurih, namun nasinya kurang asin buat saya. Merujuk review di TripAdvisor, orang yang udah 15 tahun bolak balik Singapura dan makan di sini bilang “Their quality of the food has always been consistently brilliant.” Wih canggih ya. Berarti memang sudah terkenal enak ini. Murah dan enak. Legendary!

Setelah makan—dan para oma menyapa sekalian cubit-cubit Mika, kami lanjut jalan ke tempat-tempat ikonik Singapur, yaitu Merlion Park dan sekitarnya. Kami jalan kaki lewatin Orchad Rd, menyeberangi terowongan MRT, sempet ngambek ke Mas Gepeng gegara gak boleh beli masker lucu-lucu, drama ngambekan, baikan lagi sambil jajan es krim, main ke taman, duduk-duduk, lanjut naik MRT turun di Raffles Place. Kami juga piknik di taman deket Victoria Theatre Concert Hall sambil nyuapin Mika makan

Dari tempat piknik-piknik tadi, kami lanjut jalan lagi melewati jembatan Cavenagh Bridge, menyebrang, jalan dikit, ketemu deh sama patung hitsnya Singapura, patung fusion antara Ariel the Mermaid dengan Alex the Lion, apalagi kalau bukan The Merlion. Ya ampun orangnya rae sekali, semua turis kayaknya tumplek ngumpul di sini. Ada yang sibuk fefotoan, ada yang hanya duduk santai menikmati sore yang berangin dan pemandangan laut di ujung sana, ada yang ngumpul bersama teman-teman.

Menyingkir dari keramaian, kami melipir duduk-duduk di depan The Esplanade Theatres, salah satu pusat seni paling sibuk di dunia. Kalau lihat website-nya, pertunjukan seni yang disediakan ada banyak jenis dan menjangkau ragam audiens yang luas. Jadi kalau mau lihat seni tari, musik, teater, atau yang visual-visual gitu, di sini ada semua. Hebatnya lagi mereka juga punya yang gratis! Rajin-rajin aja buka website-nya ya!

Kami duduk-duduk saja sepanjang sore. Memperhatikan sekitar, mengenali satu demi satu landmark di depan mata, mengamati orang-orang, mengistirahatkan kaki, dan saya sendiri sebenarnya sedang bingung mau apa. Saya menerima banyak sekali informasi, banyak sekali hal baru semua datang sekaligus. Excited, tapi saya ingin lebih perlahan supaya semua ini bisa dinikmati dengan sebaik-baiknya.

Singapura ternyata nyaman buat jalan-jalan sore. Banyak tempat duduk, bersih, orang gak ada yang resek, banyak pepohonan, gak heran juga banyak orang jogging di sekitar sini. Dan sebenernya di Singapura ini mendukung juga buat jalan-jalan murah ASAL gak kalap belanja dan bisa maksimal menikmati semua yang gratis. Saya paling suka bagian trotoar dan pedestrian. Saya kira hal semacam ini gak cocok di negara ASEAN yang panas dan lembab. Ternyata bagus juga. Bikin nyaman (dan sesekali) menikmati jalan kaki.

Kami menikmati langit perlahan-lahan menggelap dan lampu kota mulai menyala. Kayak kembang api. Cantik deh. Karena kami pake fasilitas shuttle car, sebelum jam 8 kita sudah harus ada di meeting point di daerah Orchad. Kami take away Shiraz Mazzeh Kebab untuk makan malem, kebab yahud dengan pilihan tiga macam daging: ayam, sapi, dan domba. Lumayan mahal harganya, tapi saya suka karena porsinya gede, toppingnya panai green olives, tomat, sayuran, keju, pickles, bawang bombay, pake saus yoghurt garlic dan mayones. Makanan berat ini luar biasa banget ngebalikin tenaga yang habis karena jalan-jalan seharian, karena, ehem, suami istri yang lagi liburan ini punya banyak aktivitas malam untuk dilakukan ahahahayy.