Tentang Kenapa Apel Strudel di Austria dan Malang sama-sama Enak

“Kalian sudah tahu ingin pesan apa?” tanya seorang pelayan. “Iya, kita mau spinach feta strudel, dan, ummmm, saya masih bingung strudel manis mana yang ingin kita coba,” saya menjelaskan. Saya kurang suka kue-kue manis, jadi sebisa mungkin pesannya yang bisa dinikmati berdua alias topping yang campuran rasanya beragam.

“Apa kalian ingin mencoba sebuah kejutan? Saya akan memilihkan tiga strudel kecil untuk kalian, gimana?” Si mbak pelayan menawarkan menu “Strudel Tris” seharga €8,40 kepada kami. “Ah, boljug tuh, Mbak,” jawab saya dan dilanjutkan dengan pesanan minuman kami masing-masing. Sebenarnya saya agak takut dengan surprise kayak gini, takut dikasih yang gak enak wkwk. Tapi apa motivasi si mbak untuk bisa jahat sama kami? Jadi saya percaya saja.

Sebenarnya kegiatan makan strudel di Innsbruck ini cukup aneh buat kami. Kami berdua tumbuh besar di Indonesia yang gak punya kebiasaan makan kue di waktu-waktu khusus.

Makanan manis kami biasanya jajanan pasar yang di makan sebagai snack, itu juga biasanya pagi atau pas coffee break—yang juga bukan kebiasaan orang Indonesia. Budaya makan manis biasanya ada saat bulan Ramadhan, itu juga untuk pembuka biar tenggorokannya segar-segar lucu gitu. Kalau jam 10 pagi atau jam 4 sore sudah lapar, tentu bukan kedai strudel atau makarun yang didatangi, juga bukan pesan donat manis aneka topping atau beli boba. Kami lebih suka makan somay, martabak, batagor, atau bikin mie instan sekalian (ngeri abis cemilannya mie hahaha).

Saya sendiri gak pernah setuju dengan konsep makan makanan manis entah itu kue, donat, crepes, or even strudel yang harganya sama kayak makanan berat. Buat apose gitu, buang buang uang. Gak bikin kenyang, mahal pula.

But the fact we fell in love with strudel within a blink of an eye, agak menarik ya. Isn’t it funny that you can change into someone new on the road?

Saya lalu ingat pengalaman makan strudel pertama saya yaitu strudel apel dari Malang, kalau gak salah itu bisnis kuliner punya artis. Bukan favorit sih, selain karena lapisan luarnya pakai pastry yang tebal, apelnya dikasih gula merah jadi manis dan saya punya hubungan yang aneh sama kue artis (in a bad way) wkwk. Tapi that was new. Selain kripik apel, kripik pisang, atau bakso bakar, makan strudel dengan buah khas Indonesia adalah hal yang menyenangkan. Setuju gak bosqu?

Saya akhirnya paham apa yang membuat makan strudel di Austria itu menarik, salah satunya adalah karena kita gak pernah mencobanya, bahkan gak kepikiran juga. Kami seringnya cari kebab, atau roti untuk makan. Kalau mau agak fancy, kami makan pasta atau datang ke restoran dan mencoba yang paling promising. Tapi makan kue? Makan cemilan mahal di sebuah restoran fancy? Kayaknya kita sudah jadi anak hedon-kequinian nich.

Oke gaes, balik maning ke Kröll.

Strudel bayam datang pertama. “Lho, martabak?” ucap saya spontan. Strudel bayam disajikan dengan salad dan cocolan mayones, dan bentuknya beneran kayak martabak telur yang kulitnya tipis wkwk. Gak lama, the surprise strudel datang. Apa yang dipilihkan mbak pelayan buat kami? Apfelstrudel (strudel apel dengan kayu manis), topfen-weichsel (ceri dengan krim), dan schoko-himbeerstrudel (cokelat raspberi).

Saya gak terlalu ingat detil rasanya, tapi yang pasti, dari semua strudel yang saya coba, gak ada rasa yang berlebihan. Gak terlalu manis, gak hambar juga, strudel ini sepenuhnya mengandalkan rasa buah. Saya beruntung karena strudel di sini gak begitu manis, jadi saya punya kenangan manis memakan makanan yang gak manis (cakep).

Saya jatuh cinta dengan apel strudelnya. Enak sekali. Saya rela dua strudel manis lainnya dihabiskan Mas Gepeng, asal yang apel bisa saya makan lebih banyak. Gimana dengan si strudel martabak? Super good. Bayamnya gak dicacah halus, jadi masih ada teksturnya. Feta cheese dan dried-tomato-nya juga jadi pelengkap yang pas, gak kebanyakan dan seimbang. Sesungguhnya saya ingin menaburkan garam karena saya suka sesuatu yang salty, tapi this is good. Ada yang bilang strudel di Kröll salah satu yang terbaik karena resepnya ‘Austria’ banget.

Jadi teruntuk strudel, kami menerima mu apa adanya~

P.S.: Saya gak suka apel.
P.S.S.: Saya makan apel strudel Kröll paling banyak.