Hampir setiap malam, ketika suami saya sudah terlelap dalam mimpinya yang kadang tidak terstruktur, saya sering sekali terpaku memandangnya. Melihat gurat matanya yang tertutup, alis tebalnya, hidungnya yang besar seperti Ronald McDonald, pori-pori yang menguapkan hangat dari keningnya, bibirnya yang tidak seksi sama sekali, oh langit, dia ini manusia apa sih?
Tidak banyak hubungan yang saya jalin dulu ketika masih lajang. Sebagian besar hanya bertahan dalam hitungan bulan, bahkan cenderung tidak berstatus sama sekali. Jika ingin menjadi perkasa, saya bisa menyalahkan mereka yang tidak bisa menjadi kekasih yang semestinya. Namun jika ingin menjadi si terpuruk, saya bisa menyalahkan diri saya yang tidak menjadi penyayang yang baik. Saya pilih keduanya, sampai akhirnya saya merasa mungkin saya tidak cocok untuk hal seperti ini.
6 Comments. Leave new
sooo sweeeeet justiiiin… happy for you both!!
Love it 🙂
Terima kasih, Mbak Syam 🙂
happy for you two too, kakreheee :*
senang membacanya 🙂
Terima kasih 🙂