Hai alam semesta, aku sedang kedinginan.
Aku tidak punya selimut, baju hangat, permen jahe, ataupun kayu untuk di bakar.
Tapi aku punya sebatang coklat hitam pahit yang terbungkus kertas merah tidak bercorak.
Aku duduk di pojokan.
Menggigit kuku.
Meniban kaki kiriku dengan kaki kanan.
Merenungkan sebuah perapian.
Pasti akan sangat menyenangkan jika ada perapian di depanku saat ini.
Menciptakan angin hangat berabu.
Menerangi pojokanku dengan warna oranye kemerahan yang manis seperti senja.
Memberi aroma kayu pinus yang khas.
Ah, perapian, kau sungguh teman yang baik.
Kemudian hadir seekor semut hitam berjalan-jalan di tumpukan kakiku yang dingin.
Dia terlihat kebingungan.
Mungkin dia lupa dimana rumahnya,
dimana dia meninggalkan permen gula,
kemana ia seharusnya pergi,
dimana semua saudaranya,
apa yang sedang ia lakukan,
dan dia juga lupa bahwa ia adalah seekor semut.
Barangkali.
Semut hitam itu pun berjalan-jalan mencari apa yang mungkin ia tuju.
Beberapa kali turun.
Lalu naik lagi ke kakiku.
Apa yang sedang ia cari sampai begitu gelisah?
Apa yang membuatnya begitu suka turun naik kakiku?
Apa yang ia lakukan?
Coklat?
Dia mau coklat?
Tapi ini makan malamku hari ini, sarapanku besok pagi, dan makan siangku besok siang.
Untuk mu saja.
Kau kurus sekali.
Aku masih cukup gemuk kok.
Semoga dengan ini kegundahanmu hilang.
Alam semesta, aku ingin memelukmu.
Menggenggam seluruh kehangatanmu.
Lalu kita akan berdansa.
Menyanyi tanpa nada yang merepotkan.
Berputar dan mengentakkan kaki.
Tertawa.
Menyeripitkan mata.
Dan terlelap ketika lelah.
Lalu kita menulis surat.
Untuk semua anak nakal yang suka membantah.
Untuk semua pemain perahu karet di dunia.
Untuk semua pemain kayak di seluruh bumi.
Untuk pendaki gunung dan tebing dengan tas-tas besarnya.
Untuk semua orang yang akan menjadi orang tua.
Untuk semua remaja yang akan segera bekerja.
Untuk semua orang yang suka menolong hewan.
Untuk semua anarkis.
Untuk semua tukang kritik.
Dan juga untukku, alam semesta, dan perapian.
Semua surat itu akan di antar dengan kereta lobak super cepat.
Lalu semua akan membacanya di minggu pagi dengan teh kayu manis yang lembut.
Alam semesta, apa kau sedang tersenyum?