Selain pad thai, hal yang paling saya suka dari Bangkok adalah kucingnya. Hampir di tiap kesempatan kami akan ketemu kucing liar entah di halte bus, di kuil, di tempat wisata, di warung makan, di halaman masjid, di mana-mana ada kucing. Senangnya lagi, mayoritas kondisinya baik dan sehat. Ada sih anak kucing belekang sampe nutup gitu matanya, tapi ada induknya kok dan penjaga mesjid juga ngurusin. Nah kalau sudah ketemu kucing, saya paling gak bisa gak elus-elus terus foto-fotoin mereka. Bahkan bisa lupa waktu haha! Jadi ini kami persembahkan untuk sobat pembaca semua, 10 foto kucing yang kami ambil di Bangkok dan cerita gimana kami ketemu mereka. Siap-siap gemes yah.
Suatu sore saat sedang blusuk-blusuk ke gang-gang, saya merasa ada yang sedang mengawasi dan bergerak cepat ketika kami terus melangkahkan kaki. Ternyata dia ada di atas kami, tepatnya di atas tembok pagar rumah penduduk. Pandangannya fokus ke kami, mengikuti gerak-gerik, lalu memberikan tatapan waspada. Dia kucing liar yang gak mau dekat-dekat manusia gak dikenal. Kakinya pun dalam posisi siap lari kalau-kalau ternyata kami terbukti jadi ancaman. Akhirnya dia tetap di atas pagar sana, duduk jinjit, dan mengawasi kami. Saya suka kucing galak-galak gini. Rasanya pengin dikagetin gitu.
Kucing betina gembul besar ini nemenin kami makan siang selepas Jumatan di Masjid Chakkaphong. Saya gak paham apakah dia ini milik si ibu kedai rames atau kucing liar, tapi dia main terus di sekitar sini. Awalnya berdiri di ujung, lalu saya panggil dan langsung duduk di pinggir meja. Kepalanya digesek-gesek ke meja kami, duduknya juga makin dekat ke pangkuan. Saya kira dia mau minta ayam suwir yang kami makan, tapi kayaknya hanya minta elus-elus saja karena dia gak mau juga dikasih ayam. Sudah kenyang kali ya.
Kalau tadi kucing betina, nah ini kucing jantan yang juga nemenin kami makan siang. Bedanya dia galak, gak mau dipegang dan gak mau dekat-dekat orang. Melihat badannya, saya rasa dia bukan alpha male. Di masjid ada kucing alpha, warnanya oren, badannya besar tinggi. Nah si putih ini mungkin alpha nomor dua. Meskipun galak, dia tetap kasih pandangan melas minta makan. Yah namanya juga baru minum Yakult, kan gak kenyang.
Kakak adik kucing ini lagi bobok santai di bawah meja dekat kuil. Ada banyak kucing di sekitar dan dalam kuil. Semua kondisinya baik meski kumel-kumel. Maklum, kawasan agak berdebu dan Bangkok belum hujan. Awalnya saya kira si putih mati, eh ternyata masih nafas dan badannya sehat berisi dan gak ada luka. Mereka gak mau didekati. Dari jauh si kuning sudah mengeluarkan taring seolah bilang "Apa lu sana, lagi santai nih kita jangan ganggu!"
Si jantan penjaga tiket masuk pagoda ini mata kanannya bermasalah. Entah masih bisa lihat apa gak, tapi dia cekatan banget langsung peluk tangan saya yang mau elus-elus perutnya. Habis dipeluk, ditendang-tendang, terus digigit. Kayaknya jarang yang ajak main nih. Lha dielus dikit langsung disikat sama dia wkwk. Badannya sehat, gak ada luka, bulunya lembut, telinganya juga bersih. Siang itu dia mangkal di sebelah Pak Karcis yang sibuk nonton yucup. Kerjaannya memastikan orang benar membeli tiket dan membayar, gak tukar pakai es kopi apalagi ngutang.
Kucing jantan berbadan besar yang paling friendly yang saya temui di Bangkok. Entah memang dia baik budi pekertinya atau berterima kasih karena kami bantu dia kawin sama betina, tapi dia sangat manis. Corak warna di wajahnya seperti gunung salju, warna cokelat di seluruh badannya juga cakep seperti pulau-pulau di Antartika. Saya terhipnotis mata hijau mudanya yang lembut dan bening. Gak heran lah itu si betina oren juga kesemsem dikawin sama dia. ganteng banget gini. Saya dan Mas Gepeng menghabiskan setengah jam lebih cuman buat main sama dia dan si betina. Kalau saya tinggal di Bangkok, mungkin mereka sudah saya bawa pulang.
"Lho kesetnya ada dua," kata saya pas lewatin sebuah kafe kecil di ujung gang keluar hostel di Khaosan. Setiap pagi, si kucing siam persia ini akan nongkrong di halaman depan dekat keset, kadang rebahan, kadang sandaran pintu, kadang selonjoran kayak tempura gini. Bulunya super halus dan anti kusut. Lurus banget pula kayak direbonding. Saya memang gak pajang foto wajahnya, tapi kalian harus tahu, rautnya grumpy dan sok cakep gitu. Kesel banget. Ya memang cakep sih, tapi kan ya gak usah sombong. Dipanggil cuman nengok dikit terus gak mau nengok lagi.
Foto ini saya ambil pas kami lagi nunggu lampu merah buat nyeberang. Saat itu, mata saya sedang menyapu pandang ke sebuah rumah pinggir jalan dengan etalase kaca di depannya. Rumahnya sendiri sangat cantik. Rumah lawas, tembok putih, dan ada kursi kayu usang di halaman. Mata saya menangkap ada sesuatu yang bergerak, "Eh, apa tadi ya?" Saya dekati, masih gak jelas. Kirain kain handuk kan. Pas lebih dekat lagi, ternyata kucing. Kucing hidup beneran! Dia tidur sandaran kaca, nyenyak banget. "Di dalam sana pakai AC kali yah," ucap saya ke Mas Gepeng. Melihat dia tidur, saya jadi ngantuk juga. Tapi itu masih pagi, masa saya balik hostel terus tidur. Saya lalu foto dia beberapa kali dan foto ini jadi salah satu favorit saya.
"Foto kucing mulu... Foto kucing mulu..." ndumel Mas Gepeng pas saya balik badan dan nyamperin si kumis yang lagi bobok sore. Dia capek juga kali ya berenti jalan berkali-kali cuman buat saya foto kucing. Lha gimana namanya juga sayang wkwk. Saya tahu sih ini bukan karena Mas Gepeng capek, tapi dia lapar. Sore itu kami rencana jajan makan malam ke Khaosan, tapi sorenya jalan-jalan dulu mblusukan, terus ketemu si kumis. Lucu banget ada kumisnya ya terus dia bobok di tutup bakul. Saya sempat bersihin belek sama upilnya sebelum difoto, jadi tampak bersih. Dia tidur dari siang kayaknya sampai punya belek tebal betul. Setelah foto, dia bangun, ngulet, terus duduk sebentar. Kirain bakal lompat turun kan, eh dia tidur lagi.
Ini foto kucing terakhir di artikel ini sekalian kucing terakhir yang kamu temui di Bangkok. Malam itu hujan turun deras sekali. Kami yang sedang keliling cari kaus kaki akhirnya berteduh di pinggir gang Khaosan. Di situ lah kami ketemu kucing jantan galak ini. Dia gak lagi mangkal minta makanan, melainkan minta belas kasih pemilik toko. Mungkin biasanya dia bisa tidur di dalam toko atau di kolong meja. Namun karena masih banyak pengunjuk, pemilik toko gak ngebolehin dia masuk. Si kucing menunggu saja di depan situ. Selain kucing, ada tikus juga yang berteduh di bawah meja. Dia bingung mau ke mana. Saat air mulai tinggi, dia naik ke sandaran kaki meja. Badannya menggigil. Kasihan. Si kucing melihat si tikus, tapi dia hanya lihat saja gak diganggu. Saat sedang sama-sama susah, mereka saling mengerti. Setelah sadar bahwa si pemilik belum akan mengajaknya masuk, dia lanjut jalan ke dalam gang sendirian. Si tikus memilih tetap di bawah meja. Sehat-sehat ya cing.
4 Comments. Leave new
Halo, Kak Justin dan Kak Nindyo. Sebelumnya terima kasih sudah berkenan mampir di blog saya. Kini gantian saya yang main ke sini 😀
Blognya keren! Saya pengen bikin kece kayak gini hahaha.
Saya termasuk penyuka kucing meskipun tidak bisa memelihara di rumah karena orangtua kurang suka. Makanya pas baca artikel ini dan lihat foto-fotonya, saya gak bisa milih mana yang paling menggemaskan.
Karena semuanya nggemesin! 😀
Saya salut, sih, kok sempat-sempatnya motret dan bikin artikel khusus kucing di negeri orang 😀
Hai Mas Rifqy, makasih sudah mampir sini. Hamdallah yah kalau blognya kece, semoga isinya bermanfaat dan kece juga xixixi. Gemesin semua ya? Sama sih. Sebenarnya foto kucingnya masih ada lagi, cuman akhirnya diseleksi ketat dan terpilih lah top 10 buat mejeng di blog.
Btw kami emang radarnya kenceng nih kalau soal kucing. Tiap bepergian, mesti sekalian cari cari kucing. Kalau ada, langsung disamperin terus sayang-sayang. Nah pas di Bangkok ini wow banyaaak! Sampe bisa jadi album sendiri wakakakak.
Aku paling gemes sama si keset karena kayaknya emang sombong banget dan sok kecakepan, dan aneh aja posisi selonjorannya ,kok kakinya bisa gitu ya, hahahaaha….
bulu-bulunya itu lhooo, pengen banget ngelus-ngelusss..
Aku tuh lupa mau ke blog post yg ini karena di homepage-nya yg pertama dilihat adalah postingan makanan semua, jadi lupa…
Lucu ya dia selonjoran gitu. Aku pun sempet elus-elus sekalian toyor-toyor, tapi emang gitu ekspresinya gak berubah. Jutek. Juragan sombong banget lah. Sebenarnya ada lagi kucing bagus liar, jenis siamese, bulunya bagus dan bersih. Tapi gak aku pajang di sini karena gak muat wqwq.