O’o pun ga mau kalah! Dia berlari cepet, secepet motor metik di jalanan cepeeeet banget. Tapi saya masih juara karena kadang dia berhenti tiba-tiba seolah teringat pada sesuatu yang terlupakan lalu kembali berlari. Tanpa pikir lagi saya mulai lari-lari ke belakang, ke depan, masuk kamar mama, naik kasur turun kasur, ke halaman, masuk lagi, lalu tiba-tiba berhenti di depan tv. Begitupun O’o. Dia mengejar saya tapi larinya kali ini lebih cepet. Pake ngepot-ngepot segala malah. Meskipun sempet kepeleset di halaman depan tapi tetep dia bisa ngejar. Saya ngos-ngosan dan istirahat sebentar. Si kucing ganteng itu hanya duduk biasa di samping saya seolah menunggu dan berkata “ayo lari lagi doong!” Saya memberikan ikan pindang satu biji tanpa nasi sebagai hadiah kala itu, sebagai tanda terima kasih juga karena berkat dia saya bisa membakar kalori.
Bulan Juli lalu saya mengikuti lomba arung jeram bertajuk “Citarum Open 2010” di Cianjur, Jawa Barat, dengan tim putri dari Mendut Rafting, sebuah tim yang baru buat saya. Kami mendaftar untuk kelas putri dengan pesaing lainnya dari Mapala UI, Madawirna, Kapinis, sama apa lagi gitu saya lupa. Untuk kelas yang cowok-cowok terbagi jadi beberapa kelas, saya ga hapal. Pesertanya ada 45 tim dan mayoritas berasal dari Jawa Barat, sebut aja ada Kapinis, Indonesia Power, Up Stream, Mahacita UPI, UKM PA Gerhana, dan lain sebagainya. Ada juga tim TNI/Polri yang ikut, kaya Delta SAT II Pelopor, Brimob Jabar, sama Walet. Tapi tim yang paling banyak terdaftar adalah tim pelajar/mahasiswa, ada sekitar 23 tim yang daftar ke kelas itu. Walaupun di bagi di kelas-kelas ordo seperti itu, perlombaan ga dibagi per kelas. Jadi semua sesuai nomer urut. Maka dari itu persaingan putri lawan putra pun ga bisa di hindari.
Perlombaan pertama
Tim yang masuk rangking 16 besar catatan waktu tercepat berhak ikut lomba, sisanya berhak menjadi penonton. Sayang sekali tim saya mendapat urutan ke 19, jadinya cuman jadi observer di pinggir sungai. Tapi yang bikin sebel, tim putri berhasil masuk ke rangking 17 yang bikin mereka secara otomatis –tanpa perlu bertanding- memenangkan juara satu lomba kelas putri. Sayang sekali untuk kelas putri yang jumlah pesertanya memang sedikit, yang dicari hanya juara satu. Arus liar menduduki posisi pertama untuk kategori lomba ini.
Setiap malam akan ada briefing dari panitia untuk lomba di esok harinya. Dan besok adalah lomba down river race. Manajer kami, Mas Dhangku, mem-briefing kami malam itu dan saya menjadi gugup luar biasa, luar biasa gugup, gugup biasa luar, ah terserah kau menyebutnya apa!
Saya meng-SMS dua orang teman, menyatakan bahwa saya sedang gundah setengah mati. Lalu Mas Anta menelepon. Memberikan kata-kata terbaiknya. Memberikan support yang luar biasa. Ah saya sampe nangis pas ngadu kalo saya gugup! Selesai Mas Anta nelpon, saya masih gugup. Malam itu saya juga SMS-an sama Bebek, dia seorang yang sangat ahli dalam memberi semangat soal beginian. Masih. Masih gugup! Gimana niiiiihh!?
-nya slalom.Oh no! Airnya naik, arusnya jadi lebih cepet. Krrrrr. Saya jadi puyeng. Ini Citarum minta di ketekin apa ya. Banyak yang gagal, berhasil cuma 2 apa ya. Ada dua yang gagal gara-gara kepala saya di luar. Bodoh super ini mah. Perhitungan di awal gagal semua. Namun semestinya kita semua tau kalo arung jeram memang penuh ketidakpastian. Ini lah buktinya.
Saya sempat disalahkan. Beberapa nangis. Saya memang merasa bersalah, ini pengarungan yang sangat buruk. Tapi kalo pun sedih saya ga mau nangis. Untuk apa? Nangis ga akan mengubah hasilnya. Dan saya meyakini paham kalo arung jeram itu main tim, bukan sendiri-sendiri. Maka inilah hasil kita, bukan hasil saya atau Ariel. Beruntung saya punya tim yang kuat, meskipun ada juga yang lemah dan menangisi penuh emosi. Kekalahan yang bodoh memang, tapi ini jelas memberi banyak pelajaran mengenai slalom, mengenai bagaimana memprediksikan segala sesuatunya dengan matang, dan mengatur emosi. Beberapa dari kami pun akhirnya kembali ke bangku penonton menyaksikan yang lain. Terima kasih teman-teman. Kita hebat. For sure. Ayo besok pas latihan slalom lebih serius lagi, lebih berusaha lagi, lebih rajin lagi, practice absolutely makes perfect. < br/>< br/> Karena kepepet waktu kami pulang setelah lomba slalom itu selesai. Saya hanya sempet pamitan ke beberapa orang, namun ga semua yang saya kenal. Oh luar biasa saya kenalan sama banyak orang hebat. Saya jadi tau sungai-sungai baru dan membangun Link yang baru. Lalu merasakan dinamika yang sungguh berbeda dengan yang biasa saya dapatkan. Kalo saya rangkum, mereka (tim putra putri Mendut Rafting dan FAJY) adala orang-orang yang full-time-supporter , kinda weird, but totally full-time-comedian. Saya mengagumi mereka. Kagum! Mem-videokan kami pas mau turun DRR, menepuk pundak meyakinkan kami sudah berusaha sekuat tenaga ketika tertunduk kecewa setelah slalom, selalu mem-Portaging perahu kami, semangat yang tiada henti tercurah padahal mereka juga sedang berkompetisi, mereka juga bersaing sama kami. Kenapa mereka bisa kaya gitu?< br/>< br/> Pulang ke Yogyakarta dengan kereta ekonomi. Lalu mendengar kabar dari manajer Dhangku via SMS kalo tim putri saya dapet juara umum II kategori putri. Lah? Bukannya yang dicari juara satu aja? Mungkin karena kita paling keliatan bersaing kali ya. Hahaha. Juara satunya tim Mapala UI. Selamat. Lain kali kami bales. Hehehe. Seneng juga dapet juara. Ini kejuaran arung jeram pertama yang saya ikuti, dan akan selalu membekas di hati. Tim putri dapet penghargaan per-tim dan per-orang, juga dapet uang tunai 500.000 rupiah. Sekarang kami lagi nabung seminggu 20.000 buat bekal pergi liburan bareng ke Cicatih awal Oktober mendatang 🙂