

Pantai Kuta Lombok jadi destinasi pertama kami. Jaraknya sekitar 1,5 jam dari Mataram (72 km). Setelah membayar ongkos parkir, saya langsung lari happy karena birunya laut bikin sumringaaaah! Pantai Kuta gradasi airnya ciamik, bening, dan alhamdulillah bersih. Pengunjungnya banyak, mulai dari anak-anak study tour, bule, turis lokal, turus interlokal, dan semakin siang semakin rame.
Perjalanan serba biru ini kami lanjutkan dengan menelusur lagi ke timur, lalu ketemu Pantai Putri Nyalu. Diantara bulan Februari dan Maret, disini biasanya diadakan upacara Bau Nyale yang udah jadi tradisi turun temurun Suku Sasak dan jadi acara nasional Lombok. Konon dulu ada putri cantik nan bijaksana bernama Mandalika. Doi jadi primadona gitu di zamannya, banyak yang naksir termasuk pangeran-pangeran muda dari berbagai negara yang secara bergantian melamar. Entah karena baik hati atau semua pangerannya ganteng, Putri Mandalika menerima seluruh lamaran para pangeran. Gajah makan kawat, wah gawat kan ya, si putri harus memilih nih beneran mau menikah sama yang mana karena semua pangeran gak mau kalo si putri poliandri. Lalu di suatu hari Putri Mandalika semedi, berharap menemukan cara untuk mengatasi ini semua.
Ditelusur lagi dari Pantai Putri Nyale ke arah timur, ada jembatan kayu dan tebingan. Ada bangunan yang mirip masjid yang belum selesai dibangun. Mungkin ini semacam perbatasan darat untuk ke pantai selanjutnya yaitu Pantai Seger, tempat putri cantik berubah jadi cacing laut.
2 Comments. Leave new
Baru tau kalau di Lombok pun ada Pantai Kuta. Tapi sepertinya lebih sepi dan bersih ya mbak?
Ada, Mbak April dan ini jauh lebih friendly dan bersih ketimbang yang di Bali. Kalo pun lagi rame, bisa melipir ke timur sedikit terus ketemu deh pantai-pantai lain yang cantik juga