![36 Hours in Chiang Mai](https://www.aplatefortwo.com/wp-content/uploads/2024/03/DSC8108-1-scaled.jpeg)
Sawadikaaaapp! Get ready to rev up your adventure. Grab your keys, throw on your jacket, and join us as we embark on a 36-hour exploration of Chiang Mai by scooter. If you haven’t already, be sure to check out our post on renting and driving scooters in Chiang Mai, then dive into this special guide crafted just for A Plate for Two readers.
4 Comments. Leave new
Whoops! Now your blog is in English, cool.
Aku lebih suka ngopi di kedai-kedai kopi kayak gitu daripada di coffee shop sebetulnya, sayangnya yang model begitu nggak terlalu banyak di sini. Trus, kopi susunya Asia Tenggara Mainland itu enaaakkk, paduan manis dan pahitnya pas. I’m a coffee addict, so I need to start my day with a good cup of coffee 🙂
Hai Nugie. Pendapat kamu sama Pak Oyong sama, bahwa kopi susu di Asia Tenggara itu enak-enak. Saya sendiri lebih cocok yang buatan kedai-kedai gini, yang kalau di Indo tuh kayak kedai kopi semacam Kimteng, karena seduhannya (kalau gak salah) pakai robusta jadi pahitnya asik gitu.
aghhhhhhhhhh aku kangen thailand :D… chiang mai ini memang menarik, walaupun aku jauuh lebih suka chiang rai. mungkin krn chiang rai lebih dingin hahhaha. dan waktu kesana makanan di night marketnya lebih enak…
tapi bukan berarti chiang mai ga suka… lumayan puas motoran di sana, cuma krn dulu itu wisatanya lebih banyak ke kuil, berasa bosen juga jadinya… temenku tapi yg sukaaa bgt wisata wat begitu
masih pengen bgt bisa motoran lagi ke chiang rai dan chiang mai… tempat fav ku kalo untuk thailand ^o^
Iya di Chiang Mai banyak kuil sih, belok dikit kuil, lurus dikit kuil, jadi bakalan happy banget bagi para pecinta kuil. Wah jadi pengin balik ke Thailand lagi terus motoran ke Chiang Rai. Kata Pak Oyong memang lebih dingin dan lebih santuy. Padahal Chiang Mai udah santuy banget wkwkwk